Bab: Tidak ada Adzan Dan Iqomah dalam Sholat Hari Raya (idul fitri & idul adha)
(427) Jabir bin Samuroh mengatakan: Aku pernah sholat dua hari raya bersama Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- tidak hanya sekali ataupun dua kali-, (beliau melakukannya) dengan tanpa adzan dan iqomah.
Bab: Sholat Hari Raya (idul fitri dan idul adha) adalah Sebelum Khutbah
(428) Ibnu Abbas mengatakan: aku pernah menghadiri sholat hari raya idul fitri bersama Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka semuanya melakukan sholat idul fitrinya sebelum khutbah, kemudian (setelah itu) berkhutbah.
Ibnu Abbas mengatakan lagi: Nabi -shollallohu alaihi wasallam- lalu turun (dari mimbar), dan seolah-olah aku sekarang sedang melihat beliau ketika sedang menyuruh duduk jamaah laki-laki dengan (isyarat) tangannya. Kemudian beliau membelah (barisan) mereka, sehingga sampailah beliau -yang waktu itu bersama Bilal- kepada jamaah perempuan dan beliau membaca ayat ini (al-Mumtahanah: 12): “Wahai Nabi, apabila para perempuan mukmin datang kepadamu untuk mengadakan bai’at (janji setia), bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Alloh…” beliau membaca ayat ini sampai selesai. Setelah selesai membacanya beliau menanyakan: “Bukankah kalian sebagaimana ayat ini?!” Ada satu orang perempuan menjawab: “Benar wahai Rosululloh”. Saat itu tidak diketahui siapa gerangan perempuan itu. Kata beliau: “(kalau demikian), maka bersedekahlah!”. Lalu Bilal membentangkan kainnya seraya mengatakan: “Marilah (bersedekah), Ayah dan ibuku sebagai tebusannya untuk kalian!”. Dan Mereka pun segera melemparkan gelang dan cincin ke dalam kain (yang dibentangkan) Bilal itu.
Bab: Surat Yang dibaca dalam Sholat Hari Raya
(429) Umar bin Khottob pernah bertanya kepada Abu Waqid al-Laistiy, tentang surat yang dibaca oleh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- di dalam sholat idul adha dan idul fitri. Maka ia pun menjawab: “Dahulu beliau membaca Surat ‘Qoof, wal qur’anil majid’ dan surat ‘iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar‘
Bab: Tidak Melakukan Sholat Sunnah, Sebelum dan Sesudah Sholat Ied
(430) Dari Ibnu Abbas: “Bahwa Rosululloh –shollallohu alaihi wasallam- pernah keluar pada hari raya idul adha atau idul fitri, maka beliau (langsung) melaksanakan sholat (ied) dua rokaat, beliau tidak melakukan sholat (sunnah) sebelum dan sesudah sholat ied. Kemudian beliau bersama Bilal mendatangi jamaah perempuan, dan menyuruh mereka untuk bersedekah. Maka mulailah (para) wanita melemparkan cincin dan kalungnya.
Bab: Keluarnya Wanita Untuk Sholat Hari Raya
(431) Ummu Atiyyah mengatakan: Rosululloh –shollallohu alaihi wasallam– telah memerintahkan kepada kami (kaum wanita) di saat hari raya, untuk membawa keluar (ke tempat sholat): para wanita yang sudah baligh atau mendekati umur baligh, para wanita yang sedang haid, dan para gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, maka hendaklah ia menjauhkan diri dari tempat sholat, dengan tetap menyaksikan kebaikan dan menghadiri undangannya kaum muslimin. Aku (Ummu Atiyah) bertanya: “Wahai Rosululloh, bisa jadi diantara kami ada yang tidak memiliki jilbab (pakaian)?”. Beliau menjawab: “(Kalaupun demikian), hendaklah saudara meminjaminya jilbab (pakaian)!”.
Bab: Yang Boleh diucapkan Untuk Bocah Wanita pada Hari Raya
(432) Aisyah mengatakan: (Suatu hari) Rosululloh –shollallohu alaihi wasallam– pernah masuk (ke rumahku), ketika itu di sisiku ada dua bocah perempuan yang sedang menyanyikan lagu perang Bu’ats. Lalu beliau berbaring di atas tempat tidur sambil memalingkan wajahnya. (Selang beberapa lama) Abu Bakar masuk dan membentakku seraya mengatakan: “Pantaskah seruling setan di rumah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-!”. (Mendengarnya) Rosululloh pun menghampirinya, dan mengatakan, “Biarkanlah kedua bocah perempuan itu!”. Ketika ayahku lengah, aku pun memberikan isyarat kepada kedua bocah itu, sehingga keduanya keluar (rumah).
Pada saat hari raya ied, biasanya orang-orang Habasyah bermain dengan menggunakan perisai dan tombak. Mungkin aku yang meminta kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- atau malah beliau yang menawariku: ‘Kau ingin menonton mereka?’. Maka aku jawab: ‘Ya’. Kemudian beliau menyuruhku berdiri di belakangnya, dengan posisi pipiku menempel di pipi beliau. Beliau mengatakan: ‘Teruskanlah, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang habasyah)!’. Setelah aku merasa jemu, beliau bertanya, ‘Kau sudah puas?’. Aku jawab: ‘Ya’. Beliau menimpali: ‘Kalau begitu, silahkan pergi!’.
Alih bahasa oleh: Abu Abdillah Addariny, selesai di Madinah, 28 Juni 2009
syukron untuk artikelnya