Alhamdulillah, artikel tentang syiah ini bisa kami lanjutkan lagi… semoga dapat menjawab banyak keganjilan yang terdapat dalam ajaran syiah yang dewasa ini banyak menyebar hingga di sekeliling kita… jangan lupa saran dan kritik anda sangat kami nantikan… selamat membaca…
(55) Abul Faroj al-Ashbahaniy dalam kitabnya Maqotilut Tholibiyyin (88, 142, 188), al-Arbiliy dalam kitabnya Kasyful Ghummah (2/66), dan al-Majlisiy dalam kitabnya Jala’ul Uyun (582), mereka telah menyebutkan bahwa: Abu bakar bin Ali bin Abi Tholib r.a. adalah diantara orang yang terbunuh di Karbala bersama saudaranya Husain r.a. Terbunuh juga waktu itu, anaknya Husain yang namanya Abu Bakar. Terbunuh pula Muhammad al-Ashghor yang mempunyai kun-yah Abu Bakar.
Pertanyaannya: Mengapa nama-nama itu disembunyikan oleh syiah??! Mengapa mereka hanya menggembar-gemborkan nama Husain r.a. dalam peristiwa itu??!
Sebabnya adalah karena saudara dan anaknya Husain r.a., keduanya bernama Abu Bakar!! Ulama syiah tidak ingin fakta ini diketahui oleh pengikut mereka dan kaum muslimin. Mengapa?? Karena hal itu akan menyingkap kebohongan mereka ketika menuduhkan adanya permusuhan antara ahlul bait dengan para pemuka sahabat, terutama Abu Bakar r.a.
Karena seandainya -sebagaimana keyakinan syiah- Abu Bakar r.a. itu telah murtad, kafir, dan merampas haknya Ali r.a., tentunya tidak mungkin banyak ahlul bait yang memiliki nama Abu Bakar??!
Adanya fakta tentang banyaknya nama ahlul bait yang sama dengan nama Abu Bakar, adalah bukti kecintaan mereka terhadap Abu Bakar as-Shiddiq r.a.!!
Lalu mengapa kaum syiah tidak mengikuti Ali r.a. dan Husein r.a. untuk menamai anak mereka dengan nama Abu Bakar??!
(56) Di masa Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, banyak sahabat yang hanya menemui beliau sekali dalam hidupnya, kemudian mereka kembali ke tempat tinggalnya. Tak diragukan lagi, tentunya mereka belum mendengar tentang kekhilafahan Ali bin Abi Tholib r.a. dan keturunannya.
Pertanyaannya: Apakah orang tersebut Islamnya kurang??!
Jika kalian mengatakan: “Ya”, maka kami jawab: “Seandainya hal itu benar, tentunya Nabi -shollallohu alaihi wasallam- adalah orang yang paling wajib membenarkan Islamnya, dengan menerangkan kekhilafahan Ali r.a. kepada mereka. Tapi faktanya beliau tidak melakukan hal itu!!
(57) Di dalam kitab Nahjul Balaghoh -kitab yang diagungkan oleh syiah- disebutkan: Diantara surat Ali bin Abi Tholib r.a. kepada Muawiyah itu berbunyi:
“Sesungguhnya aku telah dibai’at oleh orang-orang yang membai’at Abu Bakar, Umar dan Utsman, sebagaimana mereka (para sahabat) membai’at mereka (tiga kholifah sebelumnya). Maka tidak ada pilihan lagi bagi yang hadir (untuk menolakku), dan yang tidak hadir (juga) tidak boleh menolaknya.
Adapun syuro, itu hanyalah haknya kaum Muhajirin dan Anshor, maka apabila mereka sudah sepakat menyebut satu orang sebagai imam, maka berarti itu merupakan bentuk keridhoan Alloh kepada imam tersebut.
Kemudian apabila ada orang yang keluar dari perintahnya dengan hujatan atau bid’ah, maka mereka harus diperintah untuk kembali ke jalan semula, dan apabila para pembangkang itu tidak patuh, maka mereka (pembelaku) akan memeranginya, dan siapapun yang berada diluar jalan kaum mukminin, dan Alloh akan membiarkannya dalam kesesatan.
Wahai Mu’awiyah, sungguh jika engkau merenung dengan pikiranmu tanpa hawa nafsumu, pastinya engkau akan mendapatiku orang yang paling bersih dari darah Utsman, engkau juga akan mendapati bahwa aku jauh dari tuduhan itu, kecuali jika engkau menuduhku, maka tuduhlah aku sesuai kehendakmu. Wassalam”.[1]
Dalam surat ini, terdapat bukti-bukti berikut ini:
(a) Bahwa imam itu dipilih oleh Kaum Muhajirin dan Anshor, padahal menurut syiah mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan imamah.
(b) Bahwa cara pembai’atan Ali r.a. sama dengan cara pembai’atan Abu Bakar r.a, Umar r.a. dan Utsman r.a.
(c) Bahwa asy-Syuro hanyalah hak Kaum Muhajirin dan Anshor. Dan ini menunjukkan keutamaan dan derajat mereka yang tinggi di sisi Alloh, berbeda dengan pandangan syiah terhadap mereka.
(d) Bahwa kerelaan dan pembai’atan Kaum Muhajirin dan Anshor terhadap imam mereka, adalah termasuk bentuk keridhoan Alloh kepadanya. Jadi di sana tidak ada perampasan hak khilafah sebagaimana dituduhkan oleh syiah, karena bagaimana mungkin Alloh ridho dengan hal itu.
(e) Kaum syiah selalu melaknat Muawiyah r.a, padahal kita dapati dalam surat-suratnya, Ali r.a. tidak pernah melaknatnya.
(58) Kaum syiah tidak akan mampu mengingkari bahwa Abu Bakar r.a, Umar r.a. dan Utsman r.a. adalah termasuk orang yang membai’at Rosul -shollallohu alaihi wasallam- dalam peristiwa bai’atur ridhwan, yang dalam firman-Nya: Alloh telah meridhoi mereka dan mengetahui isi hati mereka.[2]
Pertanyaan: Apakah pantas kaum syiah mengingkari dan menyelisihi kabar Alloh ini ??! Seakan-akan mereka mengatakan: “Wahai Tuhanku, engkau tidak mengetahui mereka sebagaimana pengetahuan kami tentang mereka!”. -kita memohon perlindungan kepada Alloh dari kesesatan ini-.
(59) Kita melihat, kaum syiah mendekatkan diri kepada Alloh dengan menghujat para sahabat, terutama kepada tiga kholifah pertama: Abu Bakar r.a, Umar r.a. dan Utsman r.a. Di sisi lain kita tidak melihat satu pun Kaum Sunni yang menghujat ahlul bait!! Sebaliknya mereka malah mendekatkan diri dengan mencintai mereka. Sungguh inilah fakta yang tidak bisa mereka pungkiri, walaupun dengan kedustaan.
(60) Ulama syiah berulang-ulang menyebut dalam kitab mereka tentang peristiwa matinya Husein r.a, bahwa ia mati dalam keadaan kehausan dalam pertempuran. Oleh karena itulah, kalian akan lihat mereka menulis di tempat tampungan air minum kalimat: “Minumlah air dengan mengingat hausnya Husain r.a.!”.
Pertanyaannya: Seandainya para imam itu -sebagaimana keyakinan syiah- mengetahui hal gaib yang akan datang, bukankah seharusnya Husain r.a. tahu ia akan butuh air saat perang dan akan mati karena kehausan??! Bukankah seharusnya ia bisa bersiap-siap mengumpulkan banyak air agar tidak kehausan dalam perang??!
(61) Agama Islam ini telah sempurna di masa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- masih hidup, sebagaimana firman-Nya: “Pada hari ini aku lengkapkan bagimu agamamu”. Sedangkan syiah baru muncul setelah beliau wafat, bukankah ini menunjukkan bahwa syiah bukan bagian dari Islam??!
(62) Alloh telah menurunkan ayat tentang bebasnya Aisyah r.a., dalam peristiwa tuduhan perselingkuhan. Alloh juga membersihkannya dari keburukan itu. Tapi di sisi lain, kita dapati sebagian kaum syiah masih saja terus menuduhnya dengan pengkhianatan!![3]
Sungguh tuduhan mereka itu sama saja menghujat Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, bahkan sama saja menghujat Alloh!! Mengapa?? karena Alloh mengetahui semua yang gaib tapi tidak memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa istrinya telah berkhianat!! -sungguh tidak mungkin Aisyah berkhianat-.
Sungguh, sekte yang paling sesat adalah mereka yang berani menghujat istrinya orang terbaik (Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-), dan ibundanya kaum mukminin…!!!
(63) Jika benar, Ali r.a. dan kedua anaknya memiliki banyak kelebihan, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab syiah, bahkan –sebagaimana keyakinan syiah- mereka sekarang bisa memberikan manfaat kepada orang lain, meskipun sudah mati.
Pertanyaannya: Mengapa mereka tidak bisa memberikan manfaat kepada diri sendiri, bahkan ketika mereka masih hidup??!
Sebagaimana kita ketahui, di sana ada kelompok-kelompok yang menentang kekhilafahan Ali r.a, dan dia juga akhirnya mati terbunuh. Kita juga tahu bahwa Hasan r.a. terpaksa harus mengalah dan menyerahkan tampuk khilafah kepada Mu’awiyah r.a. Begitu pula Husain r.a, disudutkan dan dibunuh, sehingga ia tidak berhasil meraih apa yang dia inginkan… begitu pula orang-orang setelahnya. Lalu kemana kelebihan-kelebihan yang banyak disebut dalam kitab-kitab itu??!
(64) Kaum syiah beranggapan, bahwa keutamaan Ali r.a. itu diterangkan dalam riwayatnya kaum syiah dengan riwayat yang mutawatir, begitu pula nash yang menyatakan Ali r.a. sebagai imam (kholifah langsung setelah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- wafat).
Kita katakan:
Adapun syiah yang bukan dari kalangan sahabat, maka mereka tidak pernah melihat atau mendengar dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam-. Orang seperti ini, riwayatnya menjadi mursal dan terputus. Apabila mereka tidak meriwayatkan dari sahabat, maka riwayatnya berarti tidak shohih.
Adapun sahabat Nabi -shollallohu alaihi wasallam- yang dibela oleh syiah, jumlah mereka sangat sedikit sekali, hanya berjumlah belasan orang, dan jumlah tersebut tidak memenuhi syarat mutawatir dalam meriwayatkan hadits!! Sedangkan terhadap mayoritas sahabat yang meriwayatkan keutamaan Ali r.a, kaum syiah malah mencela dan menuduh mereka telah kafir!!
Apabila mereka mengatakan: “Bisa jadi mayoritas sahabat –yang dipuji dalam Alqur’an- itu semuanya berdusta dan menyembunyikan kebenaran”, maka kita katakan: “Seharusnya hal tersebut lebih mungkin terjadi pada minoritas sahabat yang mereka bela, yang jumlahnya jelas-jelas sangat sedikit sekali”.
(65) Kaum syiah meyakini: bahwa niat Abu Bakar r.a, Umar r.a. dan Utsman r.a. adalah meraih tampuk pimpinan dan kekuasaan, sehingga mereka mendholimi selain mereka dalam kekhilafahannya.
Kita katakan: Sungguh mereka bertiga tidak pernah sekalipun memerangi kaum muslimin ketika memegang tampuk pimpinan, sebaliknya mereka malah memerangi kaum murtaddin dan kafirin, mereka jugalah yang menaklukkan kekaisaran romawi dan persia, merekalah yang membuka negeri persia, menegakkan Islam, memuliakan iman dan penganutnya, serta menghinakan kekafiran dan pengikutnya.
Adapun Utsman r.a, memang kedudukannya dibawah Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. Di masa pemerintahannya para pemberontak menuntut kematiannya, tapi meskipun begitu ia tetap tidak memerangi kaum muslimin, bahkan ia tidak pernah membunuh satu muslim pun di masa pemerintahannya.
Apabila syiah mengatakan, bahwa bisa jadi ketiga kholifah tersebut menjadi musuh Rosul -shollallohu alaihi wasallam- dan berlaku lalim dalam pemerintahannya! Maka kita katakan: Perkataan itu juga melazimkan hal yang sama pada diri Ali r.a.??!
(66) Kaum qodiyaniyah menjadi kafir karena mereka mengakui pendirinya sebagai nabi. Lantas, apa bedanya dengan syiah yang mengakui para imam mereka memiliki keistimewaan sebagaimana keistimewaan para nabi, atau bahkan melebihi mereka??! Bukankah keyakinan ini bisa menyeret kepada kekufuran?!
Atau bisakah mereka mendatang perbedaan yang jelas antara imam dengan Rosul?!
Lalu Apakah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- datang untuk memberikan kita kabar gembira tentang 12 imam, yang perkataan mereka sama dengan perkataan beliau, perbuatan mereka sama dengan perbuatan beliau, dan mereka semua ma’shum persis seperti beliau…??!
(67) Bagaimana Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dimakamkan di rumah Aisyah r.a, sedangkan kalian menuduhnya dengan kekufuran dan kemunafikan??! Bukankah dimakamkannya Rosululloh di rumah Aisyah r.a. menunjukkan kecintaan dan kerelaan beliau terhadapnya??! Apakah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-akan rela dengan orang yang munafik dan kafir
(68) Bagaimana Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dimakamkan disamping Abu Bakar r.a. dan Umar r.a, sedangkan kalian menganggap keduanya kafir, bukankah orang muslim tidak boleh dimakamkan bersama orang-orang kafir?!
Bagaimana mungkin Alloh tidak menjaga Nabi-Nya -shollallohu alaihi wasallam-, sehingga harus bersanding dengan dua orang kafir dalam kuburnya??!
Lalu dimana pula Ali r.a. menghadapi hal-hal yang berbahaya ini?! Mengapa ia tidak menentangnya?!
Dalam hal ini, kalian berada di antara dua pilihan:
Pilihan pertama: Dengan mengatakan bahwa Abu bakar r.a. dan Umar r.a. adalah seorang muslim, yang mendapatkan kemuliyaan di sisi-Nya dan di sisi Rosul-Nya -dan inilah yang benar-.
Pilihan kedua: Dengan mengatakan bahwa Ali r.a. telah mudahanah (basa-basi) dalam agamanya!! -dan ini sangat tidak mungkin dilakukan olehnya-.
Cobalah renungkan, bagaimana mungkin seorang Nabi Pilihan -shollallohu alaihi wasallam- dimakamkan bersama orang-orang kafir dan fajir??!
(69) Kaum syiah beranggapan bahwa nash tentang ke-imamah-an dan kekholifahan Ali r.a. terdapat dalam Alqur’an, akan tetapi para sahabat menyembunyikannya.
Kita katakan: Tuduhan itu sangat tidak beralasan, karena kita dapati para sahabat tidak menyembunyikan hadits-hadits yang digunakan kaum syiah sebagai dalil ke-imamah-an Ali r.a, seperti hadits: “Kedudukanmu (Ali r.a.) di sisiku, sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa” dan hadits-hadits lainnya. Jika tuduhan mereka benar, mengapa para sahabat tidak menyembunyikan hadits yang seperti ini??!
(70) Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. -sebagaimana keyakinan syiah- telah berhasil menyingkirkan Ali r.a. dari tampuk khilafah. Lantas apa keuntungan pribadi yang diraih keduanya??! Mengapa Abu Bakar r.a, dan Umar r.a, tidak menurunkan tampuk khilafah kepada anaknya, sebagaimana dilakukan oleh Ali r.a.?!
(71) Kita dapati bahwa Muhammad bin Abdulloh bin Amr bin Utsman bin Affan, adalah putra dari Fatimah binti Husain bin Ali bin Abi Tholib. Yang berarti neneknya adalah Fatimah r.a, sedangkan kakeknya adalah Utsman r.a.
Pertanyaannya: Apakah mereka akan mengakui bahwa Fatimah r.a. memiliki cucu yang terlaknat?! Karena mereka beranggapan bahwa yang dimaksud dengan firman Alloh “Pohon yang terkutuk dalam Alqur’an” adalah Bani Umayyah,[4] dan Muhammad bin Abdulloh bin Amr adalah salah satu dari mereka.
(72) Kaum syiah telah menyematkan kepada imam mereka dua sifat yang saling kontradiktif, yakni: takiyah dan ke-ma’shum-an. Mengapa?? Karena, apa gunanya ke-ma’shum-an para imam, jika kalian tidak bisa memastikan, bahwa ucapan dan amalan mereka itu tidak bersumber dari takiyah, bukankah kalian mengatakan bahwa takiyah adalah 9/10 agama ini??!
Selagi kalian menjadikan pahala dan kedudukan takiyah itu seperti sholat, karena “barangsiapa meninggalkan takiyah itu seperti orang yang meninggalkan sholat”,[5] dan selagi kalian mengatakan bahwa “9/10 agama ini adalah takiyah”,[6] maka tak diragukan lagi para imam kalian pasti telah menerapkannya dengan sempurna, dan ini bertentangan dengan konsep kema’shuman yang kalian sematkan kepada mereka!!
(73) Kaum syiah juga sangat kontradiktif ketika mereka berdalil tentang ke-imamah-an para imam mereka dengan hadits tsaqolain[7] (dua hal yang berat dan berharga, yakni Aqur’an dan keturunan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-). Kemudian, kita dapati mereka mengkafirkan orang yang mencela keturunan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, tapi tidak mengkafirkan orang mencela Alqur’an, mereka hanya mengatakan bahwa ia sedang berijtihad dan ternyata salah ijtihadnya!
(74) Kaum syiah beranggapan bahwa mayoritas sahabat telah murtad, kecuali segelintir orang saja, jumlah maksimal mereka tidak lebih dari tujuh orang.
Pertanyaannya: Dimana ahlul bait yang lainnya, seperti keturunan Ja’far, Ali r.a. dan yang lainnya… apakah mereka juga ikut murtad??!
(75) Di dalam hadits mahdi Rosul -shollallohu alaihi wasallam- mengatakan: “Seandainya umur dunia ini hanya tersisa satu hari, maka Alloh akan panjangkan hari itu, hingga Ia utus seorang lelaki dari keturunanku, yang namanya sama dengan namaku, dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku”. (HR. Abu Dawud:4282, dishohihkan oleh Albany).
Sebagaimana kita ketahui bahwa nama Rosul -shollallohu alaihi wasallam- adalah Muhammad bin Abdulloh, sedangkan Imam Mahdi-nya syiah bernama: Muhammad bin Hasan!! Bukankah ini sangat kontradiktif sekali…!!
(76) Kaum syiah meriwayatkan dari Ali r.a.: bahwa suatu ketika, ia menemui para sahabatnya dengan kesedihan yang mendalam, ia mengatakan: “Bagaimana keadaan kalian jika datang zaman, dimana hukum Alloh disia-siakan, kekayaan dimonopoli mereka yang kaya, para wali Alloh dimusuhi, sedangkan musuh Alloh dibela?”. Mereka menimpali: “Wahai Amirul Mukminin, jika kami hidup pada zaman itu, apa yang harus kami perbuat?”. Ia menjawab: “Jadilah seperti para sahabat Isa, meskipun akhirnya dicabik-cabik dengan gergaji dan disalib, mati di jalan Alloh lebih baik dari pada hidup dalam kemaksiatan”.[8]
Pertanyaannya: Bagaimana mereka menyandingkan ucapan ini dengan konsep takiyah merekal??!
(77) Siapa yang memaksa Abu Bakar r.a. untuk berhijrah bersama Nabi -shollallohu alaihi wasallam-?! Seandainya benar ia itu orang yang munafik -sebagaimana anggapan syiah- mengapa ia rela lari dari kaumnya yang kafir, padahal mereka itu para penguasa dan mempunyai kekuatan di Mekah?!
Seandainya kemunafikan dia adalah karena dorongan dunia, lalu maslahat apa yang ia harapkan dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam- ketika itu, padahal keadaan beliau pada waktu itu adalah orang yang terusir dan terkucilkan?! Belum lagi tindakannya itu beresiko pembunuhan, karena para kafirin mekah tidak mungkin lagi mempercayainya!
(78) Jika benar para sahabat itu murtad setelah wafatnya Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mengapa mereka memerangi para murtaddin, seperti: pengikut Musailamah al-Kadzdzab, pengikut Thulaihah bin Khuwailid, pengikut Aswad al-Anasiy, pengikut Sajjah dan yang lainnya untuk kembali lagi ke Islam?! Bukankah -jika tuduhan mereka benar- seharusnya mereka membela dan membiarkannya selagi mereka sama-sama murtadnya??!
(79) Sudah menjadi sunnatulloh dalam pandangan syariat, bahwa para sahabat nabi adalah orang yang paling mulia dalam agamanya. Oleh karenanya, jika penganut agama itu ditanya siapa orang yang paling mulia dalam agamanya, tentu mereka akan menjawab: para sahabat nabinya.
Jika penganut Taurat ditanya siapa orang yang paling mulia, tentunya mereka akan menjawab: para sahabat Musa. Begitu pula penganut Injil, jika ditanya demikian, tentu mereka akan menjawab: para sahabat Isa. Dan begitu pula nabi-nabi yang lainnya. Mengapa?? Karena pemahaman para sahabat nabi terhadap wahyu, tentunya lebih dekat dan lebih mendalam. Begitu pula pengetahuan mereka tentang nabinya, tentunya lebih kuat dan lebih tepercaya.
Jika demikian adanya, mengapa para sahabat Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, yang beliau adalah rosul pilihan yang paling mulia, malah menjadi orang yang terlaknat, munafik bahkan kafir??! Bagaimana kalian mengaku menghormati Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dan keluarganya, jika kalian menuduh para sahabatnya dengan tuduhan yang sangat keji dan kotor itu??! –naudzubillah minal khudzlan-.
(80) Kita dapati Nabi -shollallohu alaihi wasallam- tidak menggunakan takiyah dalam situasi-situasi genting, sedangkan syi’ah malah mendakwakan bahwa takiyah itu 9/10 agama ini?! Mereka juga mendakwakan bahwa para imam mereka sering menerapkannya.
Pertanyaannya: Mengapa mereka tidak mengikuti jejak kakeknya Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-??!
(81) Kita tahu bahwa Ali tidak mengkafirkan musuhnya, tidak juga kepada kaum khowarij yang memerangi, menyakiti dan mengkafirkannya. Mengapa kaum syiah tidak mengikuti jejaknya??! Bahkan yang menjadi ciri utama syiah adalah pengkafiran mereka terhadap dua sahabat terbaik Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-: Abu Bakar r.a. dan Umar r.a, bahkan mereka juga mengkafirkan para istri beliau, ibundanya kaum muslimin!!
(82) Ijma’ (kesepakatan ulama) -menurut syiah- bukanlah dalil yang berdiri sendiri, akan tetapi ia menjadi dalil jika didukung oleh pernyataan orang yang ma’shum.[9]
Kita katakan: Ini sama saja bohong, lantas apa maknanya Ijma’ itu sebuah dalil, kalau ia bergantung pada dalil lain??!
(83) Kita dapati kaum syiah banyak mengkafirkan kelompok Zaidiyyah, padahal mereka juga pembela ahlul bait. Dengan ini kita tahu, bahwa yang pokok dari ajaran mereka adalah membenci para sahabat dan salafus sholeh, bukan mencintai ahlul bait sebagaimana pengakuan mereka.[10]
(84) Kita dapati ulama syiah banyak menolak Ijma’nya Umat Islam, dengan dalih tidak adanya perkataan orang ma’shum. Tapi di sisi lain, mereka malah menerima kabar tentang Imam Mahdi mereka yang ditunggu-tunggu dari seorang perempuan bernama: Hakimah, yang jelas tidak diketahui hal ihwalnya!!.
(85) Kaum syiah beranggapan bahwa Ali r.a. mempunyai hak khilafah setelah Rosul -shollallohu alaihi wasallam- dengan berdasar pada hadits: “Kedudukanmu (Ali r.a.) di sisiku (Nabi -shollallohu alaihi wasallam-), sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa”. (HR. Bukhori dan Muslim). Tapi kita dapati Harun tidak menjadi pengganti Musa setelah dia wafat, melainkan penggantinya adalah Yusya’ bin Nun!!
(86) Ulama syiah telah membuat para pengikutnya lebih berani melakukan kemaksiatan dan dosa besar dengan klaim mereka bahwa: “Dengan rasa cinta terhadap Ali r.a, maka tiada satu maksiat pun yang dapat membahayakan mereka”.
Sungguh, klaim ini jelas-jelas didustakan oleh Alqur’an, yang dalam banyak ayatnya menjelaskan banyak larangan dan pelanggaran terhadapnya, apapun alasannya. Alqur’an dengan jelas menyatakan bahwa: “(Pahala dari Alloh) itu bukanlah angan-anganmu, bukan pula angan-angan ahli kitab. (Akan tetapi) barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Alloh” (an-Nisa’:123).
(87) Kaum syiah meyakini konsep akidah al-bada’ (bahwa keputusan Alloh bisa berubah, dan ini bertentangan dengan sifat Alloh yang maha mengetahui hal gaib), tapi di sisi lain mereka meyakini bahwa para imam mereka itu mengetahui hal gaib yang telah dan akan terjadi.
Pertanyaannya: Apakah para imam itu lebih agung melebihi Alloh??!
(88) Sejarah menceritakan kepada kita, bahwa syiah sejak dulu sering membela musuh Islam, seperti kaum yahudi, kristen, dan para musyrikin dalam banyak peristiwa.
Diantara peristiwa yang paling mengemuka adalah: peristiwa runtuhnya Kota Bagdad di tangan Mongol, peristiwa runtuhnya Kota Baitul Maqdis di tangan Kaum Kristen…dll.
Pertanyaannya: Apakah seorang muslim sejati akan melakukan apa yang mereka lakukan?! Atau pernahkah Ali r.a. dan keturunannya melakukan apa yang mereka lakukan.
(89) Kita dapati banyak kaum syiah menggunjing dan mencela Hasan bin Ali r.a. dan keturunannya, padahal dia juga ahlul bait dan salah satu imam mereka.[11]
(90) Siapapun yang memperhatikan syiah, akan mendapati banyaknya sempalan, perselisihan, dan saling mengkafirkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, diantara contoh yang paling jelas adalah:
Syeikh mereka Ahmad al-Ahsa’iy, ia mendirikan firqoh (kelompok) yang terkenal dengan nama syaikhiyyah. Kemudian datang muridnya Kazhim ar-Rosytiy dengan firqoh baru yang diberi nama al-Kasyfiyyah. Setelah itu muridnya yang bernama Muhammad Karim Khon mendirikan firqoh baru al-Karimkhoniyyah. Lalu muridnya yang lain lagi Qurrotul Ain mendirikan firqoh yang dikenal dengan nama Qurrotiyyah. Dan Mirza Ali asy-Syiroziy juga mendirikan firqoh al-Babiyyah, serta Mirza Husain Ali juga mendirikan firqoh al-Bahaiyyah.
Lihatlah bagaimana semua firqoh syiah ini tumbuh pada satu masa dan satu waktu yang berdekatan, maha benar Alloh yang maha agung ketika mengatakan: “Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (sesat) yang akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya” (al-An’am:153).
(91) Ketika para pemberontak mengepung rumah Utsman bin Affan r.a, kita dapati Ali r.a. malah melindunginya. Bahkan ia menyuruh kedua putranya Hasan r.a. r.a, Husain r.a. dan keponakannya Abdulloh bin Ja’far untuk ikut serta mengamankan rumahnya, [12] hingga Utsman r.a. menyuruh para pembelanya untuk melepaskan senjata mereka dan kembali ke rumah masing-masing.
Fakta ini menunjukkan batilnya prasangka syiah yang mengatakan adanya kebencian dan permusuhan antara keduanya.
(92) Dahulu Umar r.a. -sebagaimana disepakati oleh Kaum Sunni dan syiah- sering mengajak Ali r.a. untuk musyawarah dalam banyak masalah.[13]
Seandainya Umar r.a. itu pemimpin yang dholim -sebagaimana kalian tuduhkan- tentunya Umar r.a. tidak akan mengajak musyarah dengan ahlul haq (pemilik kebenaran), karena orang dholim tidak akan mencari kebenaran.
(93) Telah disepakati bersama bahwa Salman al-Farisiy r.a. menjadi amir (walikota) yang membawahi beberapa daerah di zamannya Umar r.a. Ammar bin Yasir juga menjadi amir di kota Kufah di zamanya Umar r.a. Padahal keduanya dianggap syiah sebagai pembela dan pendukung Ali r.a.
Pertanyaannya: Seandainya Umar itu murtad, atau dholim, atau jahat kepada Ali r.a. -sebagaimana tuduhan mereka- tentunya mereka mereka berdua tidak akan menerima tugas tersebut. Mengapa??! Karena, bagaimana mungkin mereka berdua bersedia tolong menolong dengan orang yang dholim dan murtad, sedang Alloh telah berfirman: “Jangahlah kalian cenderung kepada orang yang dholim, yang menyebabkan kalian disentuh api neraka!”. (Hud:113)
(94) Syiah beranggapan bahwa mengetahui 12 imam adalah syarat sah-nya iman.
Lantas, apa yang akan mereka katakan terhadap mereka yang mati sebelum selesainya masa 12 imam tersebut??! Apa jawaban mereka jika yang mati adalah imam mereka sendiri??! Sebagian dari imam syiah tidak tahu siapa imam setelahnya, lalu bagaimana kalian jadikan itu sebagai syarat sah-nya iman??!
(95) Seandainya dikatakan kepada kalian, bahwa ada seorang pemimpin mukmin, yang sholih dan bertakwa, ia mempunyai pengikut yang sebagiannya mukmin dan sebagian lagi munafik. Dan atas kemurahan Alloh ia bisa mengetahui siapa diantara mereka yang munafik dari cara bicara mereka. Pun begitu pemimpin tersebut tetap menjauhkan pengikutnya yang mukmin dan sholih, sebaliknya memilih mereka yang munafik, memberikan posisi tampuk pimpinan, dan menjadikannya sebagai pemimpin di masa hidupnya. Tidak hanya itu, bahkan ia menikahkan putrinya dengan mereka yang munafik, dan ia meninggal dalam keadaan rela dengan mereka.
Apa penilaian kalian terhadap sikap pemimpin ini??! Itulah yang menjadi keyakinan syiah terhadap diri Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-!!
(96) Pemuka syiah al-Hurrul Amiliy meriwayatkan dari Abu Ja’far, ia menafsiri firman-Nya: “Janganlah kalian kembalikan mereka (para istri) kepada (para suami) mereka yang kafir”, dengan mengatakan: “Barangsiapa memiliki istri kafir, yakni tidak memeluk Islam, sedang ia beragama Islam, maka hendaklah ia mengajaknya untuk masuk Islam. Jika istri itu menerima ajakan itu, berarti ia tetap menjadi istrinya. Tapi apabila ia menolak, berarti ia bukan istrinya lagi, dan Alloh melarang suaminya untuk tetap mempertahankannya”.[14]
Berdasarkan keterangan ini, seandainya Ibunda kaum muslimin Aisyah r.a, itu -seperti anggapan syiah- telah murtad dan kafir, bukankah seharusnya wajib ditalak karena firman-Nya ini?! Kecuali jika Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- tidak mengetahui kemunafikan dan murtadnya Aisyah r.a, sedang kaum syiah mengetahui hal itu!!
(97) Sempalan syiah yang dikenal dengan nama al-Khottobiyyah, meyakini bahwa yang menjadi imam setelah Ja’far as-Shodiq adalah anaknya yang bernama Isma’il. Sedangkan kelompok syiah yang lain membantahnya dengan mengatakan, bahwa Isma’il telah meninggal sebelum bapaknya meninggal, dan mayit tidak mungkin menjadi kholifahnya orang yang masih hidup!![15]
Maka kami katakan kepada syiah: Kalian berhujjah untuk melegitimasi kekhilafahan Ali r.a. langsung setelah Rosul -shollallohu alaihi wasallam- wafat dengan sabdanya: “Kedudukanmu (Ali r.a.) di sisiku (Nabi -shollallohu alaihi wasallam-) adalah sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa”, padahal Harun meninggal sebelum Musa, dan mayit tidak mungkin menjadi kholifahnya orang yang masih hidup -sebagaimana pengakuan kalian-!!
(98) Kaum syiah berhujjah untuk men-sahkan kekholifahan 12 imamnya dengan hadits: “Islam ini akan terus kuat sampai 12 kholifah, mereka semua dari kabilah Quraisy”, dalam riwayat lain dengan redaksi: “12 amir (kepala pemerintahan)”, dan dalam riwayat lain dengan redaksi: “Urusan umat ini akan terus berjaya selama dipimpin oleh 12 orang”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Maka kita katakan kepada mereka, bahwa hadits tersebut dengan jelas menyatakan bahwa ke-12 orang tersebut adalah kholifah dan amir yang memimpin umat manusia, padahal kita tahu bahwa para imam syiah tidak ada yang mengemban tampuk khilafah kecuali Ali r.a. dan putranya Hasan r.a.
Kesimpulannya: Hadits tersebut berada di suatu lembah, sedangkan syiah berada di lembah yang lain (tidak nyambung)!!. Dan riwayat-riwayat tersebut juga tidak menyebutkan nama-nama para kholifah tersebut, lalu dari mana mereka menentukan nama-namanya??!
(99) Kaum syiah berkeyakinan, bahwa sepeninggal Rosul -shollallohu alaihi wasallam- para sahabat telah murtad kecuali segelintir orang dari mereka.
Kita katakan kepada mereka, bahwa murtad itu sebabnya ada dua: karena syubhat (logika yang rancu) atau karena syahwat (hawa nafsu).
Kita tahu, bahwa syubhat di masa awal Islam itu lebih kuat. Sehingga siapa yang imannya bak gunung ketika Islam sedang lemah, bukankah seharusnya imannya bertambah kuat ketika Islam semakin jaya?!
Adapun tentang syahwat, maka kita katakan: bahwa orang yang bersedia hijrah dengan meninggalkan rumah, harta, kekuatan, dan kemuliaan yang telah mereka miliki sebelumnya, mereka yang berhijrah karena kecintaan mereka kepada Alloh dan Rosul-Nya, dengan penuh kerelaan tanpa paksaan, bagaimana mungkin orang seperti ini akhirnya murtad, karena dorongan syahwat yang dulu telah mereka tinggalkan??!
(100) Kaum syiah meyakini bahwa para sahabat itu tidak adil (tepercaya). Akan tetapi kita dapati dalam kitab-kitab syiah banyak riwayat yang menunjukan adilnya mereka, diantaranya adalah, ketika mereka meriwayatkan dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam- saat haji wada’, beliau mengatakan: “Semoga Alloh menerangi orang yang mendengar ucapanku ini, kemudian ia memahaminya, dan menyampaikannya kepada orang yang belum mendengarnya…”.[16] Apabila para sahabat itu tidak adil (tepercaya), lalu mengapa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- mempercayai mereka untuk menyampaikan haditsnya kepada orang yang tidak mendengarnya??!
(101) Dikatakan kepada salah seorang syiah: “Bukanlah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-membebaskan kita untuk memilih istri yang sholihah dan menantu yang terhormat?!”
Ia mengatakan: “Ya, tentu tidak ada yang meragukan hal itu”.
Dikatakan kepadanya: “Apakah kamu rela mendapat menantu dari hasil zina?”.
Ia mengatakan: “Na’udzubillah, jika aku mendapatkan menantu seperti itu!”.
Dikatakan kepadanya: “Itulah kalian, yang menuduh bahwa Umar bin Khottob r.a. adalah anak seorang ibu pezina yang bernama: Shohak![17]
Bahkan Ni’matulloh al-Jazari, salah satu ulama kalian dengan sangat konyolnya telah menuduh bahwa Umar r.a. tidak puas kecuali dengan liwath (homo)!![18] Ia juga menuduh bahwa putrinya yang bernama Hafshoh r.a. itu munafik dan pelacur seperti ayahnya, bahkan ia itu kafir!!
Apakah kalian menganggap Rosululloh telah mengambil menantu dari anak hasil zina??! Ataukah ia rela dirinya mengawani wanita (yakni Hafshoh r.a.) yang amoral dan munafik??!
Demi Alloh, sesungguhnya kalian telah berdusta kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dan para sahabatnya, dan merelakan untuk mereka apa yang kalian tidak merelakannya untuk diri kalian sendiri…!!
(102) Jika memang benar para sahabat yang munafik dan murtad sedemikian besar jumlahnya, sebagaimana dituduhkan oleh syiah, lantas bagaimana Islam bisa tersebar luas di masa mereka??! Bagaimana kekaisaran romawi dan dinasti persia bisa tumbang oleh mereka??! Begitu pula baitul maqdis mampu direbut dari genggaman musuh??!
(103) Muhammad Kasyif alul Ghitho’, seorang pemuka syiah ketika menceritakan tentang Ali r.a. mengatakan: “Ketika Ali melihat 2 kholifah sebelumnya –yakni Abu Bakar dan Umar- telah mengerahkan segenap kekuatannya untuk menyebarkan kalimat tauhid, menyiapkan pasukan perang, memperluas daerah kekuasaan… maka ia pun membaiat dan menerimanya”.[19]
Jadi, sebagaimana pengakuan salah seorang pemuka syiah, mereka berdua telah menyebarkan kalimat tauhid, mempersiapkan tentara perang fisabilillah, dan membuka banyak daerah kekuasaan. Lantas mengapa keduanya dituduh sebagai gembong kekafiran, munafik dan murtad??! Sungguh kontradiksi yang sangat nyata??!
(104) Dalam mengkafirkan para sahabat setelah wafatnya Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, Ulama syiah berhujjah dengan sabda beliau: “Datang kepadaku orang-orang yang aku mengenalnya dan mereka juga mengenalku, tapi mereka dihalangi untuk datang ke telagaku, aku pun mengatakan: ‘Itu para sahabatku, itu para sahabatku!’, maka dikatakan kepadaku: ‘Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu’.” (HR. Bukhori)
Maka kita katakan kepada syiah: Hadits tersebut redaksinya umum, tidak menyebut nama-nama orang tertentu, hadits itu juga tidak mengecualikan Ammar bin Yasir r.a, atau al-Miqdad bin Aswad r.a, atau Abu Dzar r.a, ataupun Salman al-Farisiy r.a. (yakni mereka yang dikatakan tidak murtad oleh syiah)!
Bahkan redaksi hadits tersebut tidak mengecualikan Ali bin Abi Tholib r.a.! Lantas mengapa kalian mengkhususkan kepada sebagian sahabat saja, tidak kepada mereka??!
Sungguh setiap orang yang memendam kebencian kepada salah seorang dari sahabat, akan bisa mendakwakan bahwa hadits ini berlaku untuk sahabat yang dia benci!!
(105) Malik bin al-Asytar -salah seorang sahabat senior Ali r.a, dan termasuk orang yang dielukan oleh syiah- mengatakan: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Alloh ta’ala telah mengutus Rosul-Nya kepada kalian, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Ia juga menurunkan kepadanya kitab yang berisi halal, harom, kewajiban dan kesunatan. Kemudian Ia mewafatkannya dalam keadaan telah menunaikan seluruh kewajibannya. Lalu Ia menentukan Abu Bakar r.a. sebagai penerus beliau, yang berjalan diatas jalan beliau dan meneladani beliau. Setelah itu Abu Bakar r.a. memilih Umar r.a. sebagai penggantinya, dan ia pun meneladani jalan mereka”.[20]
Lihatlah bagaimana ia memuji Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. dengan pujian yang memang pantas bagi keduanya. Tapi meskipun demikian, ternyata kaum syiah menutup mata dengan pujian itu, mereka tidak menyebutkan riwayat itu di majlis-majlis atau husainiyat (tempat ibadah) mereka. Sebaliknya di tempat tersebut, mereka malah mencela keduanya -semoga Alloh memberikan hidayah-Nya kepada mereka-. Lalu ada apa sebenarnya??!
(106) Ibnu Hazm mengatakan tentang Ali: “Ia membaiat Abu Bakar, setelah 6 bulan ia telat membaiatnya. Dan hanya ada dua kemungkinan dalam hal ini: (a) Bisa jadi ia benar dengan keterlambatannya dan salah ketika membaiatnya (b) atau bisa jadi ia salah dalam keterlambatannya dan benar ketika membaiatnya”.[21]
[1] Shofwah Syuruhu Nahjil Balaghoh (593)
[2] Sebagaimana firman-Nya: “Sungguh, Alloh telah meridhoi orang-orang yang mukmin, ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat”. (al-Fath:18)
[3] Tafsir al-Qummiy (2/377), al-Burhan karangan al-Bahroniy (4/358)
[4] Al-Kafi (5/7), kitab Salim bin Qois (362)
[5] Biharul Anwar (75/421), Mustadrokul Wasail (12/254)
[6] Ushulul Kafi (2/217), Biharul Anwar (75/423)
[7] Yakni sabda beliau -shollallohu alaihi wasallam-: “Sungguh, aku tinggalkan kepada kalian dua hal yang berat dan berharga, yakni Kitabulloh dan Keturunanku, yang merupakan keluargaku” (HR. Tirmidzy:3786, dishohihkan oleh Albany)
[8] Nahjus Sa’adah (2/639)
[9] Tahdzibul Wushul karangan ibnul Muthohhar (70), al-Marji’iyyah ad-Diniyyah al-Ulya karangan Husain Ma’tuq.
[10] Lihat sebagai pembanding Risalah Takfirus Syi’ah li Umumil Muslimin, karangan Syeikh Abdulloh as-Salafiy, di sana banyak disebutkan pernyataan mereka yang jelas-jelas mengkafirkan kaum muslimin, termasuk juga kelompok Syiah Zaidiyyah.
[11] A’yanus Syi’ah (1/26), kitab Sulaim bin Qois (288), Biharul Anwar (27/212)
[12] Syarhu Nahjil Balaghoh karangan Ibnu Abil Hadid (10/581), Tarikhul Mas’udiy as-Syi’iy (2/344)
[13] Nahjul Balaghoh (325, 340)
[14] Wasail syi’ah (20/542)
[15] Kamaluddin wa Tamamun ni’mah (105)
[16] Al-Khishol (149-150), hadits no: 182
[17] Al-Kasykul karangan al-Bahroniy (3/212), Laqod syayya’anil Husain (177)
[18] Al-Anwar an-Nu’maniyyah (1/63)
[19] Ashlus Syi’ah wa Ushuliha (49)
[20] Malik bin al-Asytar khutobuhu wa Aro’uhu (89), al-Futuh karangan Ibnu A’tsam (1/396)
[21] Al-Fishol fil Milal (4/235)
Ass Pak Ustd,
Maaf Pak Ustd bukan maksud saya utk memperkeruh suasana tapi membaca tulisan Pak Ustd tentang “Sunni Syiah Dalam Diskusi Akidah” diatas sepertinya Ustd menafikan fakta bahwa Syiah adalah saudara muslim sebagai mana kita Sunni melihat Hambali, Maliki, Syafii, Hanafi. Apa yang memberatkan hati Pak Ustd utk menerima fakta Syiah menjadi mahzab yang kelima?
Tulisan Pak Ustd yang mengatakan bahwa seolah-olah ulama2x Syiah berusaha menyembunyikan fakta bahwa Abu Bakar bin Ali bin Abu Tholib ra juga gugur bersama dengan Husain ra dengan argumen bahwa orang Syiah lebih mengedepankan peranan Husain ra pada peristiwa karbala adalah naif.
Mengapa? mari kita buka shahih Muslim vol7, hal.130 dan sunan at-Turmudzi kitab Al-Munaqib bukankah Nabi khusus hanya mendoakan Fatimah, Ali, Hasan, Husain, supaya Allah membersihkan seluruh dosa dari diri mereka. Salahkah orang Syiah utk lebih mengedepankan peranan Husain ra cucu Nabi yang telah didoakan terbebas dari dosa dan jaminan masuk surga atas Abu Bakar bin Ali bin Abu Tholib ra. Tentu hal ini sudah menjadi taqdir Allah untuk meninggikan posisi Husain ra diatas saudara lainnya sebagaimana Allah meninggikan posisi Nabi Yusuf atas saudara lainnya.
Sekarang ketika Husain dibantai di Karbala, cucu Nabi yang Nabi doakan supaya terbebas dosanya, dibantai oleh ribuan pasukan
Siapakah pasukan dan pemimpinnya itu yang berani dengan tangan mereka membantai cucu Nabi yang Nabi doakan terbebas dari dosa
Mengapa kita muslim Sunni yang hidup di tahun 2009 harus melupakan perstiwa Karbala dan menggugat posisi Husain dibandingkan syuhada lainnya yang juga gugur di Karbala.
Entah bila Nabi masih hidup apa perasaan Nabi ketika mengetahui cucunya yang paling disayang dibantai dengan keji dan sebagian besar pengikutnya melupakan dan menafikkan begitu saja peristiwa tersebut.
Sekiranya cuplikan diatas dapat dijadikan bahan renungan
Wass
wss…
Memang syiah bukan saudara ahlus sunnah… syiah bahkan meyakini bahwa ahlussunnah itu najis, seperti babi, bahkan lebih najis dari orang yahudi… dan itu diucapkan oleh ulama mereka sendiri… kami di saudi, mendengar sendiri rekaman itu… bahkan mereka menyalahkan Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- karena tidak membuat wasiat khilafah untuk Ali r.a… dan itu juga ada rekaman suaranya…
Melihat banyaknya cercaan mereka kepada Ahlus sunnah, apakah kita masih menganggapnya sebagai saudara… Mungkin di Indonesia mereka belum banyak mencerca Ahlus sunnah secara terang-terangan… tapi di tempat lain, ketika mereka kuat… seperti di Iran… bukan hanya cercaan, bahkan pembunuhan sadis kepada ulama ahlus sunnah pun tanpa segan mereka lakukan… sudah banyak bukti nyata yang kami lihat dan tak menyisakan sedikitpun keraguan atas perlawanan mereka kepada Ahlus sunnah…
Kalau Kaum syiah ingin bersahabat dengan Ahlussunnah, mengapa mereka selalu mencela pemimpin Ahlussunnah setelah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- wafat, yakni Abu Bakar r.a. dan Umar r.a… Mengapa kaum syiah menjuluki keduanya dengan julukan “DUA BERHALA QURAISY”?!… Mengapa mereka tidak menghormati keduanya, sebagaimana Ahlus sunnah menghormati Ali, Fatimah, Hasan, Husein dan seluruh keturunan beliau -semoga Alloh meridhoi mereka semua-?!…
Perlu diingat pula bahwa Ahlussunnah juga mencintai Ahlul bait… tapi bukan berarti harus membenci para sahabat yang lainnya, sebagaimana dilakukan kaum syiah…
Hadits yang anda maksud, terkenal dengan istilah hadits kisa’… kami juga telah membahasnya… silahkan merujuknya ke poin no: 30 dan 34)
Alhamdulillah kami tidak melupakan hal itu, hal itu tercatat dalam kitab-kitab sejarah Ahlus sunnah… Permasalahannya apakah mengingat peristiwa karbala sebagaimana dilakukan oleh kaum syiah, sesuai dengan tuntunan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-?! menepuk-nepuk dada, melukai kepala, melukai punggung dan seabrek kesesatan lainnya… apakah itu pernah dicontohkan oleh beliau??! Apakah para sahabat beliau pernah melakukannya…?! bahkan apakah Hasan dan Husain pernah melakukannya untuk wafatnya Ayah mereka, Ali r.a yang juga mati dibunuh dengan sangat dholim?!
Cobalah baca, seluruh pertanyaan yang ada dalam artikel “Sunni-syiah dalam diskusi akidah” dari seri 1 sampai seri 5… dan berpikirlah dengan jernih… insyaAlloh… akan bermanfaat bagi anda…
wass
Assalamu’alaikum,
Untuk mas cahayamusafir dan juga pembaca2 lain yg dirahmati Allah dimana saja anda berada,
kiranya anda yg blm tau apa dan siapa itu syiah sebenernya bisa merujuk juga ke http://hakekat.com selain dari artikel2 di websitenya mas addariny ini.
Disitu dikupas hakekat tersembunyi dari syiah imamiyah dan referensinya diambil langsung dari kitab-kitab syiah, jadi tidak asal ngomong.
Dan klo ingin tau apa tujuan jangka panjang dari syiah…silakan rujuk ke sini :
http://muslim.or.id/manhaj/dokumen-rahasia-agama-syiah-imamiyah.html
Kawan2ku, berpikirlah yg lebih terbuka. Bayangkan, mana ada org islam punya akidah : “Sesungguhnya Allah akan memasukkan ke dalam surga siapa saja yang mentaati imam Ali WALAUPUN IA MENDURHAKAI ALLAH, dan sesungguhnya Allah akan memasukkan neraka siapa saja yang menentang imam Ali WALAUPUN IA MENTAATI ALLAH TA’ALA.”(Lihat kitab “Kasyful Yakin fi Fadhail Amiril Mukminin” karya Hasan bin Yusuf Al-Muthahhir Al-Hulli, hal.8). Berarti Imam Ali setara dengan Tuhan dongss…Naudzubillah!!! Sungguh ini kesesatan yg nyata wahai kawan.
Assalamu’alaikum Pak Ustd dan Mas Tommy,
Mengenai rekaman kaset yang Pak Ustd dengar di Saudi tentang ulama Syiah yang menajiskan Ahlussunnah dan mungkin hujatan lainnya saya tidak bisa berkomentar. Namun amat disayangkan kalau Pak Ustd dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa seolah-olah pendapat ulama tersebut mewakili 100% pendapat ulama-ulama Syiah lainnya.Bukankah Pak Ustd masih berada di Saudi saat ini? saya yakin akses untuk bisa berdialog dengan ulama terkemuka Syiah akan mudah dijumpai, sebagaimana kaum Syiah diperbolehkan dengan bebas untuk berziarah ke Mekkah dan Madinah. Dan pula ada wakil dari ulama Syiah yang duduk didewan di Saudi bukan?! atau mungkin ada kolega atau teman dosen Pak Ustd yang kenal dengan ulama Syiah yang bisa diajak diskusi. Tentu hasilnya akan lebih fair dan bisa semakin memperkuat atau bahkan mungkin melemahkan dugaan Pak Ustd.Mengenai komentar pak Ustd tentang seremoni penyiksaan diri kaum Syiah dalam memperingati peristiwa Karbala, kalau boleh sedikit menjelaskan, hal ini pernah saya tanyakan kepada ulama Syiah di Jakarta. Dan beliau kemudian menjelaskan bahwa seremonial itu sebenarnya terlarang dan menyimpang serta hanya dilakukan oleh penduduk di daerah tertentu di Iran. Sebagian besar kaum Syiah Iran dalam memperingati peristiwa karbala adalah dengan menghadiri majlis di masjid-masjid sebagaimana saya pun hadir dalam peringatan peristiwa Karbala di Jakarta, boleh saya jamin pak Ustd saya tidak sampai berdarah-darah koq :)
Untuk mas Tommi, saya pun pernah berkunjung ke laman tsb. Sebagai tambahan saya bukan Syiah melainkan Sunni sebagaimana mungkin Pak Ustd dan mas Tommi. Tapi memang beberapa waktu ini saya terkadang duduk dan mendengarkan beberapa pengajian-2x Syiah yang diadakan di Jakarta. Beberapa poin yang mengganjal dari laman tersebut telah saya diskusikan dengan ulama-2x Syiah dan respon mereka cukup baik dan saya pun puas meskipun jawaban tidak datang dalam sekali pertanyaan. Kalau mas Tommi ingin tahu tentang Syiah mengapa harus dari laman internet yang cenderung berpolemik, coba gerakan kaki dan badan mas Tommi langsung ke sumbernya, diskusikan dengan ulama-2x Syiah isu-isu yang mengganjal bila belum puas kesempatan lain tanyakan. Hal tersebut akan memberikan perspektif yang fair bagi kita untuk kemudian menilai apa, bagaimana, seperti apa Syiah itu sebenarnya.
Sayapun pernah mendengar dan diperingatkan oleh seorang teman dekat tentang ajaran dan ulama-ulama Wahaby, jujur pada kesempatan pertama saya pun terpengaruh dengan ucapan teman saya itu yang terlalu melabeli ulama Wahaby dengan imej-imej yang tidak sepatutnya. Tapi kemudian saya bertemu dengan ulama Wahaby secara tidak sengaja dan saya menemukan ucapan, pandangan, serta prinsip beliau tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh teman saya itu sangat indah dan lembut.
Saya hanyalah orang awam biasa dan bagi saya Islam itu adalah haq serta indah. Dan saya menemukan kehakikian serta keindahan itu dikelima mahzab dalam Islam.
Demikian sedikit komentar balik dari saya dan sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Pak Ustd dan mas Tommi yang sudah meluangkan waktu merespon komentar saya. Semoga Allah mengampuni dosa kita semua Amin.
Saya sangat bahagia sekali, ketika mendengar anda dari Ahlussunnah… Karena, itu berarti anda masih sepaham dengan kami, dan tentunya lebih mudah untuk berdialog menemukan titik perbedan…
Saudara Cahaya Musafir yang kami hormati… Bukankah anda tahu ajaran takiyah dalam paham syi’ah?!… Bukankah syiah menshohihkan riwayat ini:
عن أبي عبد الله أنه قال: (ان تسعة اعشار الدين في التقية, ولا دين لمن لا تقية له و التقية في كل شيء الا في النبيذ و المسح على الخفين..)ـ
Abu Abdillah mengatakan: “Sesungguhnya 9/10 agama ini terdapat pada TAKIYAH, tidaklah beragama orang yang tidak bertakiyah, dan TAKIYAH bisa diterapkan pada semua hal, kecuali pada hukum nabidz, dan membasuh khuf…”
Cobalah anda pahami, jika kedudukan takiyah seperti digambarkan dalam riwayat itu, maka bagaimana kita akan percaya perkataan mereka, ketika berdebat dengan kita?! Kalau setiap perkataan mereka itu ada banyak kemungkinan bohongnya, bagaiamana kita akan saling percaya?!…
TAKIYAH adalah menyembunyikan suatu keyakinan untuk menyelamatkan diri atau menarik hati orang yang diluar paham mereka… Meski mereka bersumpah dengan nama Alloh, mereka tetap berani bohong (yang menurut mereka adalah takiyah), mengapa? Karena bohong seperti itu adalah ibadah yang sangat agung sekali bagi mereka… karena akan sangat berguna untuk kelangsungan dan kemajuan paham syiah…
Saran saya, jika ingin mengetahui hakekat ajaran mereka, jangan mendengar dari mulut mereka, karena seringkali mereka bertakiah (berbohong) untuk menarik hati orang dari luar pahamnya… Kajilah kitab-kitab utama mereka… Yang menerangkan akidah mereka dan bagaimana seharusnya sikap mereka kepada Ahlussunnah… Jangan meneliti akidah mereka dari buku-buku kecil yang sengaja mereka edarkan di pasaran… Karena keterangan yang valid tidak akan anda dapatkan di buku-buku kecil itu… Keterangan yang valid dan hakiki tentang akidah mereka, bisa anda temukan di kitab-kitab utama mereka… Tapi anda harus menguasai bahasa Arab, karena kebanyakan kitab utama mereka belum diterjemahkan ke Indonesia… Kalau anda belum menguasai bahasa Arab, rujuklah ulama-ulama Ahlussunnah yang jujur dan jauh dari sifat bohong…
Perlu cahaya Musafir ketahui, bahwa Syiah sudah ada sejak dahulu kala… Dalam sejarah, mereka selalu menentang Ahlussunnah… dan SELURUH ULAMA AHLUSSUNNAH, dari dulu sampai sekarang SEPAKAT BAHWA MEREKA ITU SESAT… tidak ada yang menyelisihinya… jika demikian faktanya… apa pantas kita menyelisihi para ulama?!
Sekian dari kami, semoga saudara Cahaya Musafir selamat dan tidak menjadi korban TAKIYAH mereka… amin…
Ustadz Addariny,
Artikel2-nya bagus & mantab.. boleh saya copy Tadz untuk mengisi artikel di blog saya yg msh baru?
Jazakallahu Khaer
Monggo… silahkan… Semoga bermanfaat… waiyyaaka jazakallohu khoiro…