Bismillaah… walhamdulillah… was sholaatu was salaamu alaa rosuulillaah… wa alaa aalihii wa shohbihii wa maw waalaah…
Berikut ini adalah, fatwa Syeikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin tentang masalah di atas, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembacanya:
السؤال: هل يجوز للرجل أن يقول لزوجته يا أختي بقصد المحبة فقط , أو يا أمي بقصد المحبة فقط
فأجاب: نعم , يجوز له أن يقول لها يا أختي, أو يا أمي, وما أشبه ذلك من الكلمات التي توجب المودة والمحبة, وإن كان بعض أهل العلم كره أن يخاطب الرجل زوجته بمثل هذه العبارات, ولكن لا وجه للكراهة, وذلك لأن الأعمال بالنيات, وهذا الرجل لم ينو بهذه الكلمات أنها أخته بالتحريم والمحرمية, وإنما أراد أن يتودد إليها ويتحبب إليها, وكل شيء يكون سبباً للمودة بين الزوجين, سواء كان من الزوج أو الزوجة فإنه أمر مطلوب
Pertanyaan: Bolehkan suami memanggil isterinya “Ya Ukhti” (wahai saudariku) atau “Ya Ummi” (wahai ibuku) karena dorongan kecintaan saja?.
Beliau menjawab: Ya, dibolehkan bagi suami untuk memanggil isterinya dg panggilan “Ya Ukhti”, atau “Ya Ummi“, atau panggilan-panggilan lain yg dapat mendatangkan rasa sayang dan cinta.
Walaupun sebagian ulama me-makruh-kan bila seorang suami memanggil istrinya dg panggilan-panggilan yg seperti ini, namun hukum makruh ini tidaklah tepat, karena setiap amalan itu tergantung niatnya, dan orang ini tidaklah meniatkan dg panggilan-panggilan itu, bahwa istrinya adalah saudarinya yg diharamkan atau mahrom-nya. Tidak lain ia hanya bermaksud menampakkan rasa sayang dan cintanya, dan setiap sesuatu yg menjadikan/mendatangkan rasa sayang antara dua mempelai, baik dilakukan oleh suami atau istri, maka hal itu adalah sesuatu yg dianjurkan. (Sumber: Fatawa Nurun Alad Darb hal: 19)
Dalam kitabnya Syarhul Mumti’, beliau juga mengatakan:
فإذا قال: يا أمي تعالي، أصلحي الغداء فليس بظهار، لكن ذكر الفقهاء -رحمهم الله- أنه يكره للرجل أن ينادي زوجته باسم محارمه، فلا يقول: يا أختي، يا أمي، يا بنتي، وما أشبه ذلك، وقولهم ليس بصواب؛ لأن المعنى معلوم أنه أراد الكرامة، فهذا ليس فيه شيء، بل هذا من العبارات التي توجب المودة والمحبة والألفة.
Jika seorang suami mengatakan kepada isterinya: “ya Ummi! Kemarilah, siapkan makan siang”, ini bukanlah “zhihar“.
Namun para ahli fikih –rohimahumulloh– menyebutkan bahwa: di-makruh-kan bagi seorang suami memanggil isterinya dg sebutan mahrom-mahromnya, sehingga tidak boleh baginya memanggil istrinya: “ya Ukhti”, “ya ummi“, “ya binti”, dan yg semisalnya. Perkataan mereka ini tidaklah benar, karena makna dari panggilan itu sudah maklum, bahwa si suami bermaksud memuliakan istrinya, maka ini tidaklah mengapa, bahkan panggilan-panggilan seperti ini dapat mendatangkan rasa sayang, cinta, dan keakaraban. (Sumber: Syarhul Mumti’ 13/236)
Sekian, wa subhanakalloohumma wa bihamdika, asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaiik…
[…] This post was mentioned on Twitter by i.f. armudha, CITO. CITO said: RT @blogustadz Ustadz Ad-Dariny: Suami Memanggil ISTRI dengan panggilan UMMI http://bit.ly/egxYSL […]
Jazakallah khairan ustadz atas pencerahannya…
Assalamu’alaikum ustadz,
Kaifa haluk? Udh lama blog antum ga update ya, semoga ustadz sehat selalu dan dalam lindungan Allah Azza wa Jalla. Masih di Madinah ya ustadz? Kapan pulang ke tanah air?
Waalaikum salam warohmatulloh…
Alhamdulillah, memang ana selama ini lebih fokus ke tesis, takutnya ga selesei… alhamdulillah sekarang udah tinggal dikit, doakan aja… Ana masih di Madinah, tadinya pengin pulang bulan kemarin, tp qoddarulloh ada halangan… Ga tahu kapan nanti pulangnya, berharap bisa lebaran tahun ini di indonesia…
assalamu’alaikum, salam kenal ya ustadz ana sangat bersyukur bisa menemukan situs antum ini, sekalian ana ana izin copas isi situs ustadz untuk share, Jazakallohu khoir
Terimakasih pak ustad,boleh nanya ghak nih?
Ini loh,pak ustad.saat kita safar.terus sholat dikhosor dan dijamak,boleh ghak kita melaksanakan zikir habis sholat.atau tidak boleh,karena ada pengkhususan.
Jazakallahu khoir.
Smoga tensis cepat selesai
Dzikirnya setelah shalat terakhir, bukan antara dua shalat, wallohu a’lam…
assalamu’alaikum warohmatulloh……….
ustadz, alhamdulillah akhirnya antum kembali. ana harap antum bisa kembali berbagi pengalaman ilmunya bersama kami. semoga antum & keluarga diberi kemudahan oleh Allah subhanahu wata’ala
Assalamualaikum. O..jadi boleh tho, kalau suami panggil istrinya ya ukhti atau ummi…terimaksih ustadz atas ilmunya…
jazakalah hoiron ustad ana tadi nya memanggil isteri dengan panggilan ummi begitu pula sebalik nya.
jazakalloh khoir atas ilmunya
[…] https://addariny.wordpress.com/2011/02/17/suami-memanggil-istri-dengan-panggilan-ummi/ SukaBe the first to like this post. […]
Bismillahirrahmanirrahim.
Izin copy paste.
[…] https://addariny.wordpress.com/2011/02/17/suami-memanggil-istri-dengan-panggilan-ummi/#more-1754 […]
ilmu yang bermanfaat ust….
ana repost di blog….jazakallahukhoiron
apakah dinilai lebih baik jika kita memanggil istri atau suami dengan selain panggilan yang berhubungan dengan mahrom yaa ustadz?
jadi apakah lebih baik sy memanggil istri dengan nama kunyahnya drpada sy memanggilnya dengan ummiy, dan kedua nya adalh menumbuhkan rasa kasih sayang, sedangkan panggilan ummiy punya keterkaitan dengan mahrom sy?
Tentunya lebih baik pilihan yang kedua… yakni memanggilnya dengan panggilan kun-yah… karena itu lebih hati-hati, dan keluar dari khilaf… wallohu a’lam
Assalamu’alaykum ustadz..afwan ,ana minta banner blog antum buat tukeran link..dan ijin share artikel antum..jazakallahu khoiron.http://tentarakecilku.blogspot.com
Assalamu’alaikum …… kaifal hal? apa kabar antum skeluarga? moga sehat slalu.
alhamdulillah, Allah memudahkan hambanya mempelajari kebenaran islam. bagi kami yang sulit un ingin say tantakatuk belajar karena minimnya ustad2 yg benar2 memahami persoalan, membaca tulisan2 ini sangat membantu. dan ada permasalahan2 menyangkut akidah dan ibadah yang ingin saya tanyakan
bagaimana cara berkonsultasi dengan ustad tentang akidah?
Bisa di blog ini… tapi mohon maaf bila jawaban sangat terlambat, karena memang jarang online…
Ijin copas ya ustadz.
di indonesia ada tradisi keluarga seorang menantu memanggil bibi suami dengan mama fulanah(disebutkan namanya)..misal mama nurul, mama siti etc…adapun suaminya tetep manggil bibi…menantu memanggil demikian sebagai bntuk penghormatan kpd bibi suami…dan bkn menjadikannya ibu beneran shg disamakan hukumnya dgn ibu kandung…krn berkaitan dgn urf…jd nambahin pertanyaannya..bolehkah hal yg demikian….
InsyaAlloh tidak apa2… wallohu a’lam…