Pertanyaan (dari Saudara Rizky):
Assalamu’alaikum wr wb…..
Mohon bantuan ustadz, saya ingin sekali membahtah fitnah keji kaum salibis diberbagai forum tentang Rasulullah SAW….
Mereka menyatakan bahwa Rasulullah SAW suka mengutuk dan mencaci maki serta melaknat dgn menggunakan sumber hadist berikut ini :
Dari riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Ya Allah! Sesungguhnya aku hanyalah manusia. Setiap orang muslim yang aku caci-maki, atau aku kutuk, atau aku pukul, maka jadikanlah itu sebagai zakat dan rahmat baginya
Kemudian hadist Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:
دخل على رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلان. فكلماه بشيء لا أدري ما هو. فأغضباه فلعنهما وسبهما. فلما خرجا قلت: يا رسول الله! من أصاب من الخير شيئا ما أصابه هذان. قال “وما ذاك” قالت قلت: لعنتهما وسببتهما. قال “أو ما علمت ما شارطت عليه ربي؟ قلت: اللهم! إنما أنا بشر فأي المسلمين لعنته أو سببته فاجعله له زكاة وأجرا”.
Datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dua laki-laki, keduanya datang dengan sesuatu yang aku tidak tahu apa itu, lalu beliau memarahinya dan melaknat serta mencaci mereka berdua. Ketika keduanya keluar, aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Siapa yang mendapatkan kebaikan seperti yang didapatkan oleh kedua orang itu?” Beliau menjawab dengan balik bertanya: “kebaikan apa itu?” ‘Aisyah berkata: saya menjawab: “Engkau telah melaknat dan mencaci mereka berdua.” Beliau bersabda: “Apakah engkau tidak tahu isi perjanjian yang aku buat bersama Tuhanku ?” saya minta: “Ya Allah! Sesungguhnya saya ini hanyalah manusia, maka siapa saja umat Islam yang saya laknat atau caci maka jadikanlah itu sebagai pensuci dan pahala baginya.” (HR. Muslim No. 2600)
Dan terakhir, mereka menggunakan hadist ini : SAHIH MUSLIM Book 32, Number 6297:
yg intinya konon meriwayatkan tentang seorang gadis kecil anak angkat Umm sulaim dikutuk oleh Rasulullah dgn menyatakan bahwa umur gadis kecil itu tidak akan sampai dewasa..]
Yg saya ingin tanyakan :
pertama: bagaimana status hadist2 ditas, apakah shohih atau dhoif karena yg saya tahu banyak org yahudi yg berusaha merusak Islam melalui yahudi2 munafik yg sengaja masuk Islam hanya karena ingin merusak ajaran Islam dgn mengeluarkan hadist2 palsu dan kalo gak salah seperti yg pernah saya baca 1 org yahudi munafik saja bisa mengeluarkan 1000 hadist palsu, jadi mohon bantuan ustadz utk memeriksa hadist2 diatas apakah shohih atau dhoif baik dari sanad maupun matnnya….
Yg kedua: apakah teks asli dari hadist2 tsb jika diterjemahkan khususnya utk terjemahan kata “mencaci maki/melaknat/mengutuk” apakah memang benar seperti itu terjemahannya??? karena mungkin saja diterjemahkan seperti itu dgn tujuan meng-diskreditkan Rasulullah…
Demikian ustadz yg saya sangat hormati, semoga bisa membantu saya utk menjawab fitnah keji kepada Rasulullah oleh kaum salibis, saya sendiri tidak sabar utk menjawabnya tapi apa daya kemampuan saya belum mampu utk menjawab sesuai dgn dalil2 yg kuat maka saya sangat menunggu bantuan ustadz dlm hal ini… syukron, barakallohu fik….
Jawaban:
Segala puji bagi Alloh, dan semoga sholawat dan salam tercurahkan kepada Rosul-Nya…
PERTAMA:Kedua hadits tersebut adalah hadits yang shohih, dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab shohihnya dg no: 2600 dan 2603… akan tetapi ada teks hadits dan terjemahan yang harus diluruskan.
KEDUA: Berikut ini Teks hadits dan terjemahannya.
Hadits pertama:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلانِ، فَكَلَّمَاهُ بِشَيْءٍ لا أَدْرِي مَا هُوَ، فَأَغْضَبَاهُ فَلَعَنَهُمَا وَسَبَّهُمَا. فَلَمَّا خَرَجَا قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَنْ أَصَابَ مِنْ الْخَيْرِ شَيْئًا مَا أَصَابَهُ هَذَانِ؟ قَالَ: وَمَا ذَاكِ؟ قَالَتْ: قُلْتُ لَعَنْتَهُمَا وَسَبَبْتَهُمَا. قَالَ: أَوَ مَا عَلِمْتِ مَا شَارَطْتُ عَلَيْهِ رَبِّي؟! قُلْتُ: اللَّهُمَّ، إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ فَأَيُّ الْمُسْلِمِينَ لَعَنْتُهُ أَوْ سَبَبْتُهُ فَاجْعَلْهُ لَهُ زَكَاةً وَأَجْرًا!
Aisyah r.a. berkata: Pernah ada dua orang laki-laki mendatangi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, lalu keduanya mengatakan kepada beliau sesuatu yang tidak kutahu, lalu keduanya menjadikan beliau marah, sehingga beliau melaknat dan memaki keduanya… Ketika keduanya telah pergi, aku pun bertanya: “Wahai Rosululloh, adakah orang yang mendapatkan kebaikan seperti dua orang ini?”… Beliau menjawab (dg balik bertanya): “Kebaikan apa itu?”… Aku menjawab: “Engkau telah melaknat dan memaki keduanya”… Beliau menimpali: “Tidakkah engkau tahu syarat yg ku ajukan kepada Tuhanku?!”… Aku menjawab: Ya, aku tahu (syarat itu adalah); “Sungguh aku adalah manusia, oleh karena itu, siapapun dari Kaum Muslimin yg ku laknat atau ku maki, maka jadikanlah hal itu sebagai pembersih (dosa) dan tambahan pahala baginya”.
Hadits kedua:
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَتْ عِنْدَ أُمِّ سُلَيْمٍ يَتِيمَةٌ، وَهِيَ أُمُّ أَنَسٍ، فَرَأَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيَتِيمَةَ، فَقَالَ: «آنْتِ هِيَهْ؟ لَقَدْ كَبِرْتِ، لا كَبِرَ سِنُّكِ» فَرَجَعَتِ الْيَتِيمَةُ إِلَى أُمِّ سُلَيْمٍ تَبْكِي، فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: مَا لَكِ يَا بُنَيَّةُ؟ قَالَتِ الْجَارِيَةُ: دَعَا عَلَيَّ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنْ لا يَكْبَرَ سِنِّي، فَالآنَ لا يَكْبَرُ سِنِّي أَبَدًا، أَوْ قَالَتْ قَرْنِي، فَخَرَجَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ مُسْتَعْجِلَةً تَلُوثُ خِمَارَهَا، حَتَّى لَقِيَتْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا لَكِ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ» فَقَالَتْ: يَا نَبِيَّ اللهِ أَدَعَوْتَ عَلَى يَتِيمَتِي قَالَ: «وَمَا ذَاكِ؟ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ» قَالَتْ: زَعَمَتْ أَنَّكَ دَعَوْتَ أَنْ لَا يَكْبَرَ سِنُّهَا، وَلَا يَكْبَرَ قَرْنُهَا. قَالَ: فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: ” يَا أُمَّ سُلَيْمٍ أَمَا تَعْلَمِينَ أَنَّ شَرْطِي عَلَى رَبِّي، أَنِّي اشْتَرَطْتُ عَلَى رَبِّي فَقُلْتُ: إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ، أَرْضَى كَمَا يَرْضَى الْبَشَرُ، وَأَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُ الْبَشَرُ، فَأَيُّمَا أَحَدٍ دَعَوْتُ عَلَيْهِ مِنْ أُمَّتِي بِدَعْوَةٍ لَيْسَ لَهَا بِأَهْلٍ، أَنْ يَجْعَلَهَا لَهُ طَهُورًا وَزَكَاةً، وَقُرْبَةً يُقَرِّبُهُ بِهَا مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik mengatakan: Dahulu ada anak putri yg yatim hidup bersama Ummu Sulaim, dialah Ummu Anas. Suatu hari Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- melihatnya dan mengatakan: “kamukah itu, engkau benar-benar sudah besar, semoga umurmu tidak panjang”… Maka putri yg yatim itu pun menemui Ummu Sulaim sambil menangis…
Ummu Sulaim bertanya: “Ada apa denganmu wahai putri kecilku?”… Wanita kecil itu menjawab: “Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah mendoakan keburukan kepadaku, agar umurku tidak panjang, maka sekarang umurku pasti tidak akan panjang”… Maka Ummu Sulaim pun segera pergi dengan mengenakan khimarnya hingga bertemu Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, dan beliau bertanya kepadanya: “Ada apa denganmu wahai Ummu Sulaim?”… Dia menjawab: “Wahai Nabi, apakah engkau telah mendoakan keburukan kepada putri yatim asuhanku?”… Beliau bertanya: “Doa buruk apa itu wahai Ummu Sulaim?”… Dia menjawab: “Dia mengatakan bahwa engkau telah mendoakan agar umurnya tidak panjang”.
Maka Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- pun tersenyum dan berkata: “Wahai Ummu Sulaim, tidak tahukah engkau, apa yang ku syaratkan kepada Tuhan-ku?! Aku telah membuat syarat, dan mengatakan: bahwa sesungguhnya aku adalah manusia, aku bisa rela sebagaimana orang lain, dan aku juga bisa marah sebagaimana orang lain, maka apabila ada seseorang dari umatku yang mendapatkan doa keburukan dariku padahal dia tidak layak mendapatkannya, maka semoga hal itu menjadi pelebur dosa dan penambah pahala yang dapat mendekatkannya dengan (Tuhan)nya pada hari kiamat kelak”.
KETIGA: Keterangan Imam Nawawi mengenai hadits di atas, dapat menjawab pertanyaan antum:
هَذِهِ الْأَحَادِيث مُبَيِّنَة مَا كَانَ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الشَّفَقَة عَلَى أُمَّته , وَالِاعْتِنَاء بِمَصَالِحِهِمْ , وَالِاحْتِيَاط لَهُمْ , وَالرَّغْبَة فِي كُلّ مَا يَنْفَعهُمْ . وَهَذِهِ الرِّوَايَة الْمَذْكُورَة آخِرًا تُبَيِّن الْمُرَاد بِبَاقِي الرِّوَايَات الْمُطْلَقَة , وَأَنَّهُ إِنَّمَا يَكُون دُعَاؤُهُ عَلَيْهِ رَحْمَة وَكَفَّارَة وَزَكَاة وَنَحْو ذَلِكَ إِذَا لَمْ يَكُنْ أَهْلًا لِلدُّعَاءِ عَلَيْهِ وَالسَّبّ وَاللَّعْن وَنَحْوه , وَكَانَ مُسْلِمًا , وَإِلَّا فَقَدْ دَعَا صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْكُفَّار وَالْمُنَافِقِينَ , وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ لَهُمْ رَحْمَة .
فَإِنْ قِيلَ : كَيْف يَدْعُو عَلَى مَنْ لَيْسَ هُوَ بِأَهْلِ الدُّعَاء عَلَيْهِ أَوْ يَسُبّهُ أَوْ يَلْعَنهُ وَنَحْو ذَلِكَ ؟ فَالْجَوَاب مَا أَجَابَ بِهِ الْعُلَمَاء , وَمُخْتَصَره وَجْهَانِ :
أَحَدهمَا أَنَّ الْمُرَاد لَيْسَ بِأَهْلٍ لِذَلِكَ عِنْد اللَّه تَعَالَى , وَفِي بَاطِن الْأَمْر , وَلَكِنَّهُ فِي الظَّاهِر مُسْتَوْجِب لَهُ , فَيَظْهَر لَهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِسْتِحْقَاقه لِذَلِكَ بِأَمَارَةٍ شَرْعِيَّة , وَيَكُون فِي بَاطِن الْأَمْر لَيْسَ أَهْلًا لِذَلِكَ , وَهُوَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَأْمُور بِالْحُكْمِ بِالظَّاهِرِ , وَاَللَّه يَتَوَلَّى السَّرَائِر .
وَالثَّانِي أَنَّ مَا وَقَعَ مِنْ سَبّه وَدُعَائِهِ وَنَحْوه لَيْسَ بِمَقْصُودٍ , بَلْ هُوَ مِمَّا جَرَتْ بِهِ عَادَة الْعَرَب فِي وَصْل كَلَامهَا بِلَا نِيَّة , كَقَوْلِهِ : تَرِبَتْ يَمِينك , عَقْرَى حَلْقَى وَفِي هَذَا الْحَدِيث ( لَا كَبِرَتْ سِنّك ) وَفِي حَدِيث مُعَاوِيَة ( لَا أَشْبَعَ اللَّه بَطْنك ) وَنَحْو ذَلِكَ لَا يَقْصِدُونَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ حَقِيقَة الدُّعَاء , فَخَافَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُصَادِف شَيْء مِنْ ذَلِكَ إِجَابَة, فَسَأَلَ رَبّه سُبْحَانه وَتَعَالَى وَرَغِبَ إِلَيْهِ فِي أَنْ يَجْعَل ذَلِكَ رَحْمَة وَكَفَّارَة , وَقُرْبَة وَطَهُورًا وَأَجْرًا , وَإِنَّمَا كَانَ يَقَع هَذَا مِنْهُ فِي النَّادِر وَالشَّاذّ مِنْ الْأَزْمَان , وَلَمْ يَكُنْ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا لَعَّانًا وَلَا مُنْتَقِمًا لِنَفْسِهِ , وَقَدْ سَبَقَ فِي هَذَا الْحَدِيث أَنَّهُمْ قَالُوا : اُدْعُ عَلَى دَوْس , فَقَالَ : ” اللَّهُمَّ اِهْدِ دَوْسًا ” وَقَالَ : ” اللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ” وَاَللَّه أَعْلَم .
Hadits-hadits ini menerangkan keadaan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, seperti: sayangnya beliau kepada umatnya, perhatian beliau terhadap maslahat-maslahat mereka, kehati-hatian beliau terhadap mereka, dan kesenangan beliau dalam segala hal yang bermanfaat bagi mereka.
Riwayat yang disebutkan paling akhir ini menjabarkan riwayat-riwayat lain yang global, yakni bahwa doa buruk beliau itu merupakan rahmat, atau penebus dosa, atau pembersih diri, atau yang semisalnya, jika memang orang tersebut muslim dan tidak pantas mendapatkan doa buruk, atau makian, atau kutukan, atau yang semisalnya… Jika tidak demikian, (maka doa buruk tersebut tetaplah doa buruk), karena beliau -shollallohu alaihi wasallam- juga telah berdoa buruk kepada Kaum Kafirin dan Kaum Munafikin, dan doa buruk tersebut bukanlah rahmat bagi mereka.
Jika ada yang mengatakan: bagaimana beliau berdoa keburukan, atau memaki, atau mengutuk, atau yang semisalnya, kepada orang yang tidak pantas mendapatkannya?
Maka jawabannya adalah sebagaimana jawaban para ulama, yang intinya dua jawaban:
- Maksud “ketidak-pantasan” itu adalah ketidak-pantasan dalam pandangan Alloh, dan dari sisi hakekatnya, akan tetapi dari sisi lahirnya ia memang pantas mendapatkannya, sehingga bisa saja yang tampak bagi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- adalah bahwa ia pantas mendapatkannya dengan dalil-dalil syariat, padahal dari sisi hakikatnya, ia tidak pantas mendapatkannya. Dan beliau -shollallohu alaihi wasallam- hanya diperintah untuk menghukumi sesuatu dari lahirnya saja, sedangkan hakekat sesuatu, itu adalah urusan Alloh.
- Apa yang keluar dari beliau seperti: makian, atau doa keburukan, atau yang semisalnya, tidaklah dimaksudkan untuk itu, akan tetapi itu termasuk kebiasaan orang arab dalam menyambung ucapan mereka tanpa ada niat untuk itu, seperti ucapan mereka: “taribat yaminuk” (semoga tangan kananmu menjadi miskin), “aqro halqo” (semoga badanmu terluka, dan rambutmu rontok), dalam hadits ini: “la kabirot sinnuk” (semoga umurmu tidak panjang), atau dalam hadits mu’awiyah “la asyba’allohu batnak” (semoga Alloh tidak mengenyangkan perutmu), atau yang semisalnya. Mereka tidak memaksudkan kata-kata itu sebagai doa yang sebenarnya.
Oleh karena itu, beliau -shollallohu alaihi wasallam- khawatir apabila kata-kata seperti itu terijabahi, maka beliau pun memohon dan meminta kepada Robbnya agar menjadikan kata-kata itu sebagai rahmat, penebus dosa, pengangkat derajat, pembersih diri, dan penambah pahala.
Sungguh kata-kata seperti ini sangat dan sangat jarang beliau ucapkan, dan beliau -shollallohu alaihi wasallam- bukanlah orang yang terbiasa dg kata-kata kotor, atau membiasakan diri dg kata-kata kotor… Dan telah lalu dalam hadits ini, bahwa beliau pernah diminta untuk mendoakan keburukan untuk “Kabilah Daus”, tetapi beliau justru mendoakan: “Ya Alloh, berikanlah hidayah kepada Kabilah Daus”, beliau juga pernah berdoa: “Ya Alloh, ampunilah kaumku, karena mereka adalah kaum yang tidak tahu”, wallohu a’lam. (kitab syarah shohih muslim, karya Imam Nawawi, 16/152)
KEEMPAT: Perlu diperhatikan pula bahwa tujuan buruk seseorang akan menjadikan buruk apapun yang ada di depannya… tidak hanya Sabda Nabi, bahkan Firman Alloh pun bisa dimaknai buruk oleh orang tersebut… Berbeda bila seseorang itu niatnya baik, maka itu akan membuat baik apapun yang ada di depannya.
Jadi Kesimpulan jawabannya adalah sebagai berikut:
– Kedua hadits tersebut shohih, hanya saja harus dipahami dengan sudut pandang yang benar.
– Kata-kata tersebut sangat dan sangat jarang dikatakan oleh beliau -shollallohu alaihi wasallam-.
– Kata-kata tersebut sejatinya merupakan rahmat, penebus dosa, pengangkat derajat, pembersih diri, dan penambah pahala bagi yang mendapatkannya, asalkan ia seorang muslim.
– Dalam memahami hadits, kita juga harus tahu kebiasaan dan adat orang arab zaman Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, agar tidak salah dalam menafsiri suatu hadits… Dalam bahasa indonesia, tidak ada gaya bahasa seperti yang ada dalam hadits ini, yakni mendoakan kebaikan tapi dengan kata-kata yang sekilas bermakna sebaliknya… wallohu a’lam.
Sekian, semoga bermanfaat… walhamdulillahi robbil alamin…
Madinah, 19 Dzulhijjah 1432 H / 15 November 2011 M
assalaam ‘alaik, jazakallah
alhahdulillah,……….
assalamu alaikum ustasd……izin share?