Ibuku sayang…

Posted: 12 April 2010 in Adab, Kisah

Kepada yg tercinta, bundaku yg kusayang

Segala puji bagi Allah… yg telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga.

Shalawat serta salam hamba -yg lemah ini- panjatkan keharibaan Nabi yg mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…

Ibu…

Aku terima suratmu yg engkau tulis dg tetesan air mata dan duka… aku telah membaca semuanya… tidak ada satu huruf pun yg aku sisakan.

Tapi tahukah engkau, wahai Ibu… bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’… Semenjak sholat isya’… aku duduk di pintu kamar, aku buka surat yg engkau tuliskan untukku… dan aku baru selesaikan membacanya setelah ayam berkokok… setelah fajar terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan…

Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut, jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah… Jika engkau letakkan di atas daun yg hijau, tentu dia akan kering…

Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut tidak akan tertelan oleh ayam… Sebenarnya, wahai ibu, suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan, yg jika dipecutkan ke pohon yg besar, dia akan rebah dan terbakar…

Suratmu wahai ibu, bagaikan awan Kaum Tsamud, yg datang berarak dan telah siap dimuntahkan kepadaku…

Ibu…

Aku telah baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak… Jika surat itu ditulis oleh seorang yg bukan ibu dan bukan ditujukan pula kepadaku, layaklah orang yg paling bebal, untuk menangis sejadi-jadinya… Bagaimana kiranya, jika yg menulis itu adalah ibuku sendiri… dan surat itu ditujukan untukku sendiri…

Sungguh aku sering membaca kisah sedih, tidak terasa bantal yg dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata… Bagaimana pula dg surat yg ibu tulis itu!? bukan cerita yg ibu karang, atau sebuah drama yg ibu perankan, akan tetapi dia adalah kenyataan hidup yg ibu rasakan.

Ibuku yg kusayangi…

Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yg engkau telah sebutkan benar adanya…

Aku masih ingat ketika engkau ditinggalkan ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yg dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan.

Dg jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yg engkau ambil tersebut adalah hutang… hutang… yg engkau sendiri tidak tahu, kapan engkau akan dapat melunasinya…

Ibu…

Aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yg telah lama engkau jemur dan keringkan…

Tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dg segera.

Aku masih ingat… engkau sengaja ambilkan air didih dari nasi yg sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.

Ibu…

maafkanlah anakmu ini… aku tahu bahwa semenjak engkau gadis, sebagaimana yg diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua seperti sekarang ini, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan.

Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dg anak-anakmu… Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia, kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu, tidak ada kebahagiaan… Semua hidupmu adalah perjuangan. Semua hari-harimu adalah pengorbanan

Ibu…

Maafkan anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yg telah engkau puji sifat dan akhlaknya… yg engkau telah sanjung pula suku dan negerinya! Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa deganmu…

Wahai ibu…

Keberadaan dia sebagai istriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku… senyuman dan sapaannya telah melupakanku dg himbauanmu.

Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena kewajibannya untuk menunaikan tanggung-jawabnya sebagai istri… Aku berharap pada permasalahan ini, engkau tidak membawa-bawa namanya, dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya… Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yg baik, istri yg telah berupaya berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya… Istri yg selalu menyuruh untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.

Ibu…

Ketika seorang laki-laki menikah dg seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Maafkan aku ibu…

Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku, anakmu ini… Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yg aku alami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah, tidak satu atap lagi…

Ibu…

Perkawinanku membuatku masuk ke alam dunia baru… dunia yg selama ini tidak pernah aku kenal… dunia yg hanya ada aku, istri dan anak-anakku… Bagaimana tidak, istri yg baik, anak-anak yg lucu-lucu! Maafkan aku Ibu… Maafkan aku anakmu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dg keadaan orang yg penting bagiku… yg penting bagiku adalah keadaan mereka: anak-anak dan istriku…

Ibu…

Maafkan aku, anakmu… Ampunkan aku, anakmu… Aku telah lalai… aku telah alpa… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu…

Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, akan tetapi anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya… Oleh sebab itu, dilarang mencintai anak secara berlebihan, sebagaimana anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya… Itulah yg terjadi pada diriku, wahai Ibu!!

Aku pasti akan gila ketika melihat anakku sakit… Aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare… Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu wahai ibu… Itu sulit aku rasakan, jika seandainya hal itu terjadi pada ibu, dan pada ayah…

Ibu…

Sulit aku merasakan perasaanmu…

Kalaulah bukan karena bimbingan agama yg telah engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yg durhaka kepada orang tuanya!!

Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayahmu, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.

Setelah suratmu datang, baru aku mengerti… Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat, yg engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, wahai ibu… bahwa hari yg sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anak laki-lakinya telah menikah dg seorang wanita… wanita yg telah mendapat keberuntungan…

Bagaimana tidak… Dia dapatkan seorang laki-laki yg telah matang pribadinya dan matang ekonominya, dari seorang ibu yg telah letih membesarkannya… Dari hidup ibu itulah ia dapatkan kematangan jiwa, dan dari uang ibu itu pulalah ia dapatkan kematangan ekonomi… Sekarang, -dg ikhlas- ia berikan kepada seorang wanita yg tidak ada hubungan denganya, kecuali hubungan dua wanita yg saling berebut perhatian seorang laik-laki… Dia sebagai anak dari ibunya dan dia sebagai suami dari istrinya.

Ibuku sayang…

Maafkan aku… Ampunkan diriku… Satu tetesan air matamu adalah lautan api neraka bagiku… Janganlah engkau menangis lagi, janganlah engkau berduka lagi!… Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu…

Kalau itu pula yg akan kuperoleh… kalau neraka pula yg akan aku dapatkan… ijinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, hanya demi untuk dapat menyeka air matamu…

Kalau engkau masih akan murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yg aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau… terserah engkau, mau engkau buat apa…

Sungguh ibu, dari hati aku katakan, aku tidak mau masuk neraka, sekalipun aku memiliki kekuasaan Firaun… kekayaan Karun… dan keahlian Haman… Niscaya aku tidak akan tukar dg kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat… Siapa pula yg tahan dg azab neraka, wahai Bunda… maafkan aku anakmu, wahai ibu!!

Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit… bahwa engkau belum mau berdoa kepada Alloh akan kedurhakaanku… Maka, ampun, wahai Ibu!!

Kalaulah itu yg terjadi… dan do’a itu tersampaikan ke langit! Salah pula ucapan lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku… Apalah jadinya nanti diriku… Tentu aku akan menjadi tunggul yg tumbang disambar petir… apalah gunanya kemegahan, sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yg tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula…

Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai bunda… maka, tidak ada lagi gunanya hidup… tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan…

Ibu dalam sepanjang sejarah anak manusia yg kubaca, tidak ada yg bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasibnya di akherat, tentu ia lebih sengsara…

Ibu…

Setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku.

Ibu… Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku… setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali… tiap kali aku lengah darimu akan kutalqinkan diriku dengannya… Akan kusimpan dalam lubuk hatiku, sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku… Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku, bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai di dalam berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran… ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yg seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.

Bunda…

Tua… engkau berbicara tentang tua, wahai bunda…?! siapa yg tidak mengalami ketuaan, wahai ibu!!

Burung elang yg terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yg tinggi… suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar, dan diperebutkan oleh burung-burung kecil.

Singa, si raja hutan yg selalu memangsa, jika telah tiba tua, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan… Tidak ada kekuasaan yg kekal, tidak ada kekayaan yg abadi, yg tersisa hanya amal baik atau amal buruk yg akan dipertanggungjawabkan.

Ibu…

Do’akan anakmu ini, agar menjadi anak yg berbakti kepadamu, di masa banyak anak yg durhaka kepada orang tuanya… Angkatlah ke langit munajatmu untukku, agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.

Ibu…

sesampainya suratku ini, insya Allah tidak akan ada lagi air mata yg jatuh karena ulah anakmu… setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu…

bahagiamu adalah bahagiaku… kesedihanmu adalah kesedihanku… senyumanmu adalah senyumanku… tangismu adalah tangisku…

Aku berjanji, untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya, dan aku berharap agar aku dapat membahagiakanmu selagi mataku masih bisa berkedip… maka bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum… Ini kami… aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.

Salam hangat dari anakmu yg durhaka…

(Disadur dari kajian Ustadz Armen –rohimahulloh-)

Komentar
  1. cassle berkata:

    Tulisan yang menarik! Senang rasanya bisa menemukan orang-orang yang masih peduli dengan orang tuanya pada zaman sekarang ini.. :)

  2. Tommi berkata:

    Assalamu’alaikum,

    Akhirnya antum kembali lg setelah ada sekitar 2 bulan menghilang. Senang rasanya bisa sharing ilmu dan mudzakaroh lg. Tetap semangat pada dakwah yg haq dan hikmah. Semoga Allah Ta’ala memudahkan perjalanan dakwah antum. Amin.

    Wassalamu’alaikum

  3. sangiran90 berkata:

    Artikel yang bagus ustadz..ijin copas..

  4. Riyanto. Kapuas, Kalimantan Tengah berkata:

    Assalamu’alaikum… Ustadz. Umi ana meninggal 29 maret 2010, yang ana tanyakan, perbuatan-perbuatan apa saja yang dapat ana lakukan yng dapat sampai pahalanya kepada almarhumah umi ana, kaifiyat/tata cara mendo’a kan orang tua yang sudah meninggal. mohon pencerahan Ustadz. syukron

    • addariny berkata:

      Waalaikum salam warohmatulloh…

      Innalillah wa innaa ilaihi rooji’uun… semoga Alloh menerima amalan baiknya dan mengampuni dosanya…

      Kita harus tahu, bahwa pada asalnya pahala adalah milik Alloh… Kemudian Dia memberikannya kepada hamba-Nya yg menuruti perintah-Nya… Jadi, pada dasarnya pahala suatu amalan adalah untuk pelakunya, Alloh ta’ala berfirman: “Tidaklah diberikan kepada manusia, kecuali apa yg telah dikerjakannya”. (An-Najm: 39).

      Kita juga harus tahu, bahwa perkara sampai tidaknya pahala kepada mayit, adalah perkara yg gaib… Tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya kecuali dg jalan wahyu, baik dari Alqur’an maupun Sunnah… Dan para ulama telah menyebutkan ada beberapa amal yg diterangkan oleh wahyu bisa sampai kepada mayit, diantaranya (yg ana tahu ada dalilnya): Doa, sedekah, haji, umroh, memerdekakan budak, membayar hutangnya, puasa nadzar yg belum sempat ditunaikan, menyembelih hewan qurban…

      Tentang caranya, tidak ada perbedaan dg amalan yg anda kerjakan untuk diri sendiri, hanya saja anda meniatkan amalan itu untuk orang yg anda tuju, dan tempatnya niat harus di hati… wallohu a’lam…

  5. ummu Syblie berkata:

    Assalamu’alaykum
    Ustad jazakallah khairan katsiran,atas sadurannya,ana sudah mendengarnya diradio Rodja…,sangat menyentuh sekali,ana izin copy ya…,utk diFB,insy Allah sangat berguna utk anak2/pemuda2 Zaman sekarang,agar mereka lebih mawasdiri & perduli sm org tuanya.

  6. Noerlan Syahfoedin berkata:

    Maaf, saya juga ikut menagis membacanya, Karena bagaimanapun saya merasa perna mensia-siakan ibuku.Sekarang saya tidak bisa meminta maaf/ampunan beliau, karena beliau telah dipanggil menghadap Allah. Hanya tinggal doa yang bisa saya panjatkan kepada kedua orang tua saya dialam khubur. amin

  7. Fadhlullah berkata:

    Bismillah.

    Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh..

    Jazakumullahu khairan wa Barakallahu fiikum Ustadz atas artikel-artikel yang sangat bermanfaat…

    Afwan ana izin copas Jg share artikel-artikel d situs ini..

    Syukron..

  8. abu hanifah alim berkata:

    السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
    ‘afwan artikelnya ana copy ustadz ya..
    جزاك الله خير الجزاء بارك الله فيك

  9. […] Ibuku sayang… Categories: Berbakti Kepada Orang Tua Komentar (0) Lacak Balik (0) Tinggalkan komentar […]

  10. Ammatullah berkata:

    Subhanallah, Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.Sungguh, anak yang durhaka terhadap kedua orang tua, maka kecelakaan akan sampai padanya.Kecuali, apabila ia bertaubat.Wallahua’lam.

  11. dewi rizka berkata:

    bnr2 bt saya terharu dan jd ingat ibu sy…..

  12. AbdurRahman berkata:

    BismilLAh..
    Assalamu’alaykum warohmatulLoh wabarokatuh…

    Afwan ana izin copas Jg share artikel-artikel d situs ini..
    JazakalLohu khoeron..

  13. SYAIFUL RAHMAD berkata:

    Assalamualaikum ustadz , saya baca ttg ibu membuatku sangat terketuk pintu hatiku , karena selama semasa hidupku saya belum mampu menyenangkan ibuku walau keingininanku sangat keras, tapi semua yang kuberikan belum cukup dan ku merasa tidak akan cukup seumur hidupku.apa yang harus kulakukan untuk ibuku didunia ini ustadz.

    • addariny berkata:

      Waalaikum salam warohmatulloh…

      Jika ibu masih hidup, maka berbaktilah kepadanya, lakukan apa yg bisa Anda lakukan baginya untuk menyenangkan hatinya, selama hal itu tidak dalam kemaksiatan kepada Alloh ta’ala…

      Jika ibu sudah meninggal -rohimahalloh-, banyaklah berdoa untuknya, dan sambunglah silaturrahim kepada kerabat dan temannya yg masih hidup, yg suka dikunjungi olehnya…

      Itulah yg diperintahkan oleh Alloh dalam firman-Nya dan Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dalam sabdanya… wallohu a’lam…

  14. iudhi berkata:

    artikel yang bagus ustad, izin copas ,,,

  15. Ibnu Sabil berkata:

    Artikel yang menyentuh.. Ijin Copas Ustadz..

    Barakallahu fiik.

  16. wa2n berkata:

    izin copas n share artikel ini ya ustadz… barokallohu fiyk..

  17. abu farannisa berkata:

    Alhamdulillah, artikel yang bagus, izin copy. Jazakalloh

  18. idawati berkata:

    assalamu’alaikum wr. wb.
    ijin share ya ustad, makasih..:D

  19. Saya terharu membacanya, ijinkan sy untuk mengcopynya

  20. Rokhmad Kuncoro berkata:

    Mohon ijin copy ustadz…. jazzakallah

  21. Anggi Setiana berkata:

    Assalammualaikum Warahmatulohi Wabarakatuh …

    Ustadz, saya izin copast untuk di bagikan kepada saudara-saudara saya ..

    Jazakumullahu Khairan ..

  22. […] Ustadz Musyaffa` Share this:TwitterFacebookLike this:LikeBe the first to like this […]

  23. […] https://addariny.wordpress.com/2010/04/12/ibuku-sayang/ Share this:TwitterFacebookLike this:SukaBe the first to like this post. Umpan RSS komentar […]

  24. kristiyanto saimima berkata:

    Sama yang kita perbuat,saudaraku.trma kasih tlh menyadarkan aku…yang lupa dengan ibuku,,,tp yg kualami istriku bahkan engan dekat dengan ibukumeski kami serumah.aku bingung,kadang aku pngn prgi jauh dari semuanya,tp aku mencintai mrka,,
    aku utamakan orang yang tidak mecintai orang yang sangat mencintaiku melebihi hdupnya sendiri.ya allah……..
    kadang kalo aku bertanya ke istripasti ujungnya bertengkar,dan buat ibuku tabah sedih kalo tau kami bertengkar……

    • addariny berkata:

      Jelaskan kepada Isteri dan berilah pemahaman kepada dia, bahwa hak ibu kepada antum lebih besar, daripada hak isteri kepada antum, ibu lebih berhak dita’ati, lebih berhak diperhatikan, dan lebih berhak di dengar…

      Sedang isteri, seharusnya menaati suami, selama tidak dalam kemaksiatan…

      Semoga keluarga antum dan kita semua menjadi sakinah… amin.

  25. hanif berkata:

    assalamu’alaikum ustadz,
    mhn izin bertanya. apakah ustadz masih aktif nulis artikel2 sampai saat ini?
    makasih bwt tulisan2 nya.

    • addariny berkata:

      waalaikum salam warohmatulloh..

      ana kurang aktif nulis.. banyak kesibukan yg menghalangi ana nulis.. Wallohul musta’an..

  26. grace berkata:

    saya sampai mennagis membaca nya, saya jadi ingat ibu saya :”)

Tinggalkan komentar