Nasehat Syeikh Utsaimin -rohimahulloh- kepada Ahlul Jarh wat Tajrih

Posted: 17 Oktober 2013 in Fawaid

بسم الله… والحمد لله…

والصلاة والسلام على محمد بن عبد الله, وعلى آله وصحبه ومن والاه.

Berikut ini perkataan Syeikh Utsaimin –rohimahulloh– yang merupakan nasehat bagi kita semua, agar kita saling menjaga kehormatan sesama saudara seiman, terutama terhadap ulama kita… Hendaklah kita saling memaafkan, memberi udzur, dan berlapang-dada… Hendaklah kita saling menasehati, bukan malah mengumbar aib saudara sendiri.

              Selanjutnya, silahkan para pembaca menelaah sendiri nasehat-nasehat dari beliau, semoga kita semua bisa mengambil manfaat darinya.

==============

Sungguh aku mengarahkan nasehat ini, kepada mereka yang diberi cobaan Allah dengan PENYAKIT ini, agar mereka bertaubat kepada Allah azza wajall, hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan kepadaNya, dan janganlah mereka membuka pintu pertikaian dan perpecahan di tubuh umat ini.

Hendaklah mereka tahu, bahwa mereka itu SALAH dari segala sisi, karena seharusnya perkataan, celaan, dan ghibah mereka terarah kepada pengikut kebatilan dari kalangan munafikin dan atheis, tapi hal tersebut malah diarahkan kepada saudara-saudara mereka yang membantu mereka dalam dakwah.

Subhanallah, jika perkataan mereka terarah kepada saudara-saudara mereka para da’i, tentu kepercayaan masyarakat kepada mereka (yg dicela) menjadi berkurang, dan (di sisi lain) ini juga menjadikan kepercayaan masyarakat kepada mereka (yg mencela) menjadi berkurang, baik mereka (yg dicela) membela diri ataupun tidak.

Orang-orang saat itu akan menjadi dua kubu, dan setiap kubu akan saling menyesatkan dan menjatuhkan kubu yang lain, ketika itulah akan muncul -untuk memimpin umat ini- orang yang tidak layak menjadi pemimpin, baik dalam hal ilmunya maupun dalam hal agamanya.

Ketika itu, kelompok munafikin -dari kalangan liberal dan yang lainnya- akan senang dengan pertikaian yang terjadi di kalangan para da’i, dan mereka akan mengatakan: “Alhamdulillah Allah telah mencukupkan (usaha) kami, dengan menjadikan keadaan mereka saling menjatuhkan, dan saling mencela, inilah yang kami inginkan, dan kami rela begadang siang dan malam untuk mewujudkannya.

===============

Terkadang mereka mencari-cari beberapa kesalahan dari sebagian tokoh yang terpandang lalu menyebarkannya, dan mereka tidak melihat kebaikan-kebaikan orang yang mereka sifati dengan sifat-sifat tercela tersebut. Dan ini juga merupakan KESALAHAN, dan aku tidak perlu memberikan contoh dalam hal ini, namun hal ini telah dikabarkan dan sampai kepadaku.

Jika mereka melihat ada seseorang ‘dikelilingi’ banyak pemuda, atau mayoritas orang ‘mengelilinginya’, mereka akan mencari-cari kesalahan-kesalahannya, dan tentunya tidak ada seorang pun yang selamat dari kesalahan, namun mereka menjadikan kesalahan ini sebagai perusak nama baiknya.

Hakekatnya, mereka itu termasuk penjahat paling kakap, bukan terhadap orang ini, namun terhadap Islam. Selama orang ini menjadi simbol Islam dan berdakwah untuk Islam, maka mencelanya berarti mencela apa yang didakwahkannya.

Tidakkah kalian melihat Kaum Kuffar, dahulu mereka menyifati Rosul -shollallohu alaihi wasallam- sebagai orang yang amanah dan terpercaya, namun setelah ia membawa ‘kebenaran’, mereka lalu menyifatinya dengan sifat-sifat keburukan untuk menjauhkan manusia dari Beliau! Tidak diragukan lagi, keadaan musuh-musuh para rosul akan terus ada hingga hari kiamat, dan setiap orang yang mengemban dakwah Rosul akan mendapati orang-orang seperti mereka bagi dirinya.

===============

Mencari-cari keburukan Kaum Muslimin -terutama para ulamanya- itu DIHARAMKAN, dalam sebuah hadits dikatakan:

“Wahai orang-orang yang telah beriman dengan LISANNYA, namun iman itu BELUM MASUK dalam hatinya! Janganlah kalian mengganggu/menyakiti Kaum Muslimin, dan janganlah kalian mencari-cari keburukan mereka, karena barangsiapa mencari-cari keburukan saudaranya, Allah akan mencari-cari keburukannya, dan barangsiapa Allah cari-cari keburukannya, Dia akan menampakkan keburukannya walaupun ia berada di rumahnya”.

Maka kita tidak boleh mencari-cari keburukan, dan mencari-cari keburukan adalah keburukan, maksudnya; orang yang mencari-cari keburukan orang lain, saat itu ia terjatuh dalam keburukan.

                Yang seharusnya dilakukan –barokallohu fiik– terhadap orang yang melakukan sesuatu yang mengundang kritikan, adalah membela saudaranya bila ia mendengar orang mengkritiknya dalam masalah tersebut, dan mengatakan: “mungkin ia memiliki syubhat dalam hal itu”, “mungkin ia punya alasan”, terutama bila orang tersebut dikenal tulus, ikhlas, dan senang menyebarkan ilmu.

===============

Mencela keamanahan, agama, dan keilmuan para ulama itu lebih berbahaya, kita memohon kepada Allah agar diselamatkan dari hal ini.

Yang jelas, apapun keadaannya, aku menganjurkan kalian agar tidak ikut-ikutan masuk dalam masalah-masalah ini, dan juga tidak ikut membicarakannya. Apakah kamu Quthbiy, atau Jaamiy, atau ini, atau itu, ini semua tidak ada gunanya. Apa manfaat yang kita dapatkan dari julukan jaamiyyah dan quthbiyyah?! Harusnya kita berjalan di atas jalan yang mendatangkan manfaat bagi kita, tidak perlu kita ngurusi si Zaid atau si Abid.

Harusnya kita mendamaikan orang-orang, dan tindakan ‘mendamaikan’ ini bukan berarti kita mengambil sikap ‘menonton‘, harusnya kita punya gerakan nyata untuk mendamaikan… Yang saya maksudkan dengan gerakan nyata (dalam mendamaikan mereka) adalah dengan mengundang para ulama yang dipercaya dan diterima oleh dua kubu, untuk mendamaikan orang-orang tersebut, dan berbicara (baik-baik) dengan mereka.

Para pemuda ini, tentu besok akan menjadi para pemimpin, merekalah yang akan mengatur urusan umat ini, bila mereka dididik dengan perselisihan, permusuhan, dan kebencian ini, tentu yang akan terjadi adalah keburukan yang besar. Allohul musta’an.

Penanya:

Para ulama senior, bukankah seharusnya mereka punya andil dalam menjelaskan hal ini… agar kami tahu yang haq?

Syeikh:

Demi Allah, apapun keadaannya, Allah yang lebih tahu tentang niat masing-masing, namun kita yakin bahwa menyelesaikan masalah dengan cara seperti itu adalah SALAH, dan kami tidak setuju dengan MANHAJ ini sama sekali!

Apa maksud seseorang mencela orang lain, sedang ia tidak menyebutkan kebaikan orang itu sama sekali?! Adilkah sikap seperti ini; mencela seseorang tapi tidak menyebutkan kebaikannya sama sekali?! Jadilah kalian para saksi Allah dengan adil! Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum, menjadikan kalian bersikap tidak adil! Tentu tindakan yang mereka lakukan ini tidaklah benar.

Penanya: Bisa jadi perbedaan pendapatnya dalam masalah akidah?

Syeikh:  Masalah-masalah akidah, itu antara dia dengan Allah, kita tidak sedang membicarakan hal itu, namun MANHAJ dengan sifat seperti ini SALAH! Astaghfirullah aku bertaubat kepadaNya. Ya Allah, berilah kami petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, kami memohon kepada Allah agar mengumpulkan hati manusia di atas ketaatan kepadaNya.

===============

Ya ikhwan, gunakanlah pikiran kalian dalam masalah (yang penting ini)! Takutlah kalian kepada Allah dalam menjaga diri kalian! Takutlah kalian kepada Allah dalam menjaga kebangkitan umat ini! Satukanlah kebangkitan umat ini di atas satu kalimat!

                Maafkanlah kesalahan saudara-saudara kalian, adakanlah nasehat antara kalian dengan mereka, peganglah orang yang kamu anggap salah, dan katakanlah: ‘Ya akhi, kamu salah dalam masalah ini dan masalah ini’. Mungkin kebenaran ada di pihak dia, dan ia mampu menjadikanmu menerima ucapannya, atau mungkin kebenaran ada di pihakmu, sehingga ia mau bergabung denganmu.

                Adapun kamu membicarakan orang tersebut di belakang, menjatuhkannya, dan menjadikan hati masyarakat dendam, marah, dan benci kepadanya, maka -demi Allah- kamu akan mempertanggung-jawabkannya (di hadapanNya), sungguh (jika demikian adanya) kamu benar-benar jauh dari kebenaran, dan jauh dari Madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah, karena Ahlussunnah wal Jama’ah memiliki hati yang bersih, dan lisan mereka juga bersih dari (mencela) pengikut kebenaran. Mereka itu saling menasehati antara mereka, bukan saling mencemarkan. Mereka itu menjadikan masyarakat simpati, bukan malah menjadikan mereka lari, sebagaimana diperintahkan Nabi –alaihis sholatu wassalam-: “Jadikanlah orang-orang simpati, dan jangan menjadikan mereka lari!”. Adapun menjadikan manusia lari (dari dakwah) dengan cara seperti ini, maka sungguh orang itu akan mempertanggung-jawabkannya (di hadapan Allah).

===============

Penanya:

Kami dapati sebagian penuntut ilmu membela syeikh-syeikh mereka, tapi (di sisi lain) mereka berbicara panjang lebar untuk menjatuhkan kehormatan selain syeikh-syeikh mereka, sehingga mereka memfasikkannya, membid’ahkannya, dan menyesatkannya.

Syeikh:

Tidak, ini salah, ini termasuk wahyu setan agar seseorang menjatuhkan kehormatan para ulama. Jika seseorang telah menjatuhkan kehormatan para ulama, maka dia telah menjadi seorang yang aniaya dan lalim.

Dan menggunjing para ulama tidaklah seperti menggunjing orang biasa, karena dalam tindakan menggunjing para ulama terdapat mafsadat yang bersifat khusus dan mafsadat yang bersifat umum. Mafsadat yang sifatnya khusus adalah mafsadat yang efeknya dirasakan oleh orang alim tersebut, sedang mafsadat yang sifatnya umum adalah mafsadat yang berakibat buruk pada ilmu yang dibawanya, karena jika seseorang telah jatuh di mata masyarakat, maka mereka tidak akan mau menerima apa pun darinya, sehingga hal ini menjadi kejahatan terhadap (ilmu) syariat yang dibawa oleh orang alim tersebut.

Penasehat sejati adalah orang yang bila melihat ada ulama / penuntut ilmu / orang awam melakukan sesuatu yang mungkar, ia menghubungi orang alim / penuntut ilmu / orang awam tersebut, untuk mencari kejelasan masalahnya. Karena bisa jadi sesuatu yang kamu kira salah, menjadi benar bila dilihat dari sikon yang mendorong orang alim tersebut mengatakan atau melakukan hal itu, karena bisa jadi sesuatu itu mungkar dari sisi dzatnya, tapi sebagian orang melakukannya untuk tujuan maslahat yang lebih besar.

Oleh karena inilah, kita melihat mereka yang menjatuhkan kehormatan para ulama, telah melakukan kejahatan terhadap para ulama dan ilmu yang dibawanya. Yang seharusnya dilakukan adalah menghormati seorang yang alim, terutama yang dikenal menginginkan kebenaran, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya, namun ia kadang salah, dan tidak ada manusia yang selamat dari kesalahan; “semua anak Adam banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang banyak salahnya adalah orang yang banyak taubatnya”.

Penanya:

Ya syeikh, orang seperti mereka, maksudnya orang yang buruk akhlaknya seperti ini, yang menjatuhkan kehormatan ulama, apakah sebaiknya bagi penuntut ilmu -yang mengetahui hakekat orang itu- untuk memperingatkan para penutut ilmu yang masih pemula, agar mereka menjauhinya, tidak duduk bersamanya, tidak bergantung padanya, dan semisalnya?

Syeikh:

Ya (benar), sudah seharusnya penuntut ilmu (melakukan itu), dan biasanya diantara teman saling mengetahui hal-hal yang tidak diketahui orang asing, jika mereka mengetahui bahwa orang ini tidak punya pekerjaan kecuali menjatuhkan kehormatan para ulama, sudah seharusnya dia menjauhinya, dan juga menjauhkan orang lain darinya, karena ini merupakan penyakit mematikan.

Dan jika setan tahu seseorang menikmati daging para ulama, ia akan menambahi kenikmatan tersebut, sehingga ia tidak akan tenang dan duduk dalam sebuah majlis, kecuali bila majlis tersebut datang dengan salah seorang ulama untuk diiris-iris dagingnya, kita memohon kepada Allah agar diselamatkan dari hal ini… Aku melihat wajib menjauhi orang ini, dan menjauhkan orang lain darinya, dengan tetap menasehatinya, karena orang itu manusia, bisa jadi ia tergoda dan hawa nafsunya menyeretnya melakukan perbuatan buruk tersebut, dan mungkin saja nasehat bisa bermanfaat bagi dia.

===============

Sekarang ini, ada sekelompok orang yang mencari-cari keburukan para ulama, lalu mereka menampakkanya, tapi tidak menyebutkan kebaikannya, padahal kebaikan-kebaikannya itu berlipat-lipat bila dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan itu. Ini salah…

Ini kesalahan, masalah akidah –barokallohu fiik– itu seperti masalah lainnya bila dilihat dari sisi adanya ‘kemungkinan salah’ di dalamnya. Bukankah para ulama -baik yang salaf maupun yang kholaf– berselisih tentang ‘keabadian neraka’, apakah ia kekal abadi atau tidak?… Ini masalah akidah, tapi mereka berselisih di dalamnya.

Shirot (jembatan) yang ada di atas Jahannam, apakah ia jalan biasa seperti yang lainnya? Ataukah ia lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang? Ada khilaf dalam masalah ini.

Yang ditimbang pada hari kiamat, apakah amalannya, ataukah pelakunya, ataukah buku catatan amalnya? Apakah (dalam peristiwa Isro’) Rosul melihat Robbnya, ataukah tidak? Apakah ruh akan dikembalikan ke jasad di kuburnya, dan adzab ditimpakan kepada jasad dan ruhnya sekaligus, ataukah adzab tersebut hanya ditimpakan kepada ruh saja? Semua ini masalah akidah (tapi para ulama berselisih di dalamnya)…

Saya ingin memberikan kalian sebuah kaidah dalam masalah penafian sifat istiwa (bagi Allah) dan juga sifat-sifat lainnya. Barangsiapa menafikan sifat-sifat itu dengan mengingkarinya, maka ia telah mendustakan Alqur’an, tapi barangsiapa menafikan sifat-sifat itu dengan takwilan, maka dilihat dulu takwilan-nya.

Misalnya: bila ada orang mengatakan: Allah tidak ber-istiwa di atas Arsy. Apakah ini penafian dengan pengingkaran atau pentakwilan? ini pengingkaran, maka orang ini dihukumi kafir karena mendustakan Alqur’an. Bila ada orang mengatakan: Allah ber-istiwa di atas Arsy, namun “istiwa” di sini maksudnya “istaula” (menguasai)… ini penafian dengan pentakwilan, maka dilihat dulu, apakah takwilannya ini menjadikan orang tersebut kafir, ataukah fasik, ataukah dia bisa diberi udzur? dilihat dulu.

Catatan: Maksud beliau dari uraian di atas adalah: Jika dalam masalah AKIDAH saja, ada celah untuk memberi udzur, apalagi dalam masalah-masalah lainnya… wallohu a’lam.

==========

Penanya:

Wahai syeikh yang terhormat, apa pendapatmu tentang sebagian pemuda, termasuk diantaranya sebagian penuntut ilmu… yang sudah menjadi kebiasaan mereka; mencela satu dengan yang lainnya?

Syeikh:

Aku berpendapat; perbuatan ini HARAM… Jika seseorang tidak boleh menggunjing saudara seimannya, meski bukan seorang ulama, lantas bagaimana bisa dibolehkan menggunjing saudara seimannya yang ulama?!

Merupakan kewajiban bagi seorang mukmin untuk menahan lisannya dari tindakan menggunjing saudara-saudaranya yang seiman. (Kitab: Ta’awunud du’aah wa atsaruhu alal mujtama’, hal: 35)

==========

Sekian, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pencari kebenaran.

وصلى الله وسلم وبارك على عبد الله ورسوله محمد

وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

Madinah, 12 Dzulhijjah 1434 H / 17 oktober 2013 M

NB: Bagi yang ingin teks arabnya, silahkan dibaca dan direnungi…

إنني أوجه الموعظة لهؤلاء الذين ابتلوا بهذا الداء أن يتوبوا إلى الله عز وجل, أن يتوبوا إلى الله وأن يستغفروه, وأن لا يفتحوا في الأمة باب النزاع والتفرق, وأن يعلموا أنهم مخطئون على كل تقدير, لأنهم بدلا من أن تنصبّ أقوالهم وسبهم وغيبتهم على أهل الباطل من المنافقين والملحدين، صارت تنصبّ على إخوانهم ممن يشاركونهم في الدعوة!

يا سبحان الله!!! إذا انصبت أقوالهم على إخوانهم من أصحاب الدعوة، وقلّت ثقة الناس بهم، فستقل ثقة الناس بهؤلاء الآخرين الذين سبّوهم، سواءٌ دافع أولئك عن أنفسهم أم لم يدافعوا، سيكون الناس الآن بين طرفين؛ كل واحد منهما يضلل الآخر، ويقدح فيه، وحينئذٍ ينبري لقيادة الأمة من ليس أهلاً للقيادة لا في علمه، ولا في دينه. وحينئذٍ يفرح هؤلاء المنافقون -من العلمانيين وغيرهم- بما جرى بين أهل الصحوة، ويقول:  “الحمد لله الذي كفانا، كفانا أن بعضهم يقدح في بعض!! وأن بعضهم يسب بعضاً!! فإن هذا هو الذي نتمناه، ونسهر ليل نهار على أن نحققه”.

=========

وأحيانا يلتقطون الزلات من بعض الشخصيات المرموقة ثم يشيعونها ولا ينظرون إلى محاسن هذا الرجل المعين الذي وصفوه بما يصفونه به, وهذا أيضا من الخطأ ولا حاجة إلى أن أضرب مثلا لهذا لكن هذا بلغني ووصل إِلي.

إذا رأوا أحداً من الناس قد التف حوله الشباب أو التف حوله جمهور الناس ، صاروا يلتقطون الزلات وليس أحد سالم من الخطأ ، لكنهم يتخذون من هذه الزلة قدحاً فيه.

وفي الحقيقة أنها هؤلاء من أكبر الجناة ليس على الشخص هذا ولكن على الإسلام, ما دام هذا الشخص ممثل الإسلام ويقوم بالدعوة إلى الإسلام ، فإن الطعن فيه طعن فيما يدعو إليه في الواقع .

ألم تروا إلى أن الكفار كانوا يصفون الرسول صلى الله عليه وسلم بالأمين والصادق ، لكن لما جاء بالحق صاروا يصفونه بكل صفات العيب تنفيراً للناس منه ، ولا شك أن شأن أعداء الرسل سيبقى إلى يوم القيامة ، كل من قام بدعوة الرسول سيجد له مثل هؤلاء القوم.

=========

تتبع عورات المسلمين ولاسيما العلماء محرّمة، فقد جاء في الحديث: “يا معشر من آمن بلسانه ولم يدخل الإيمان قلبه، لا تؤذوا المسلمين ولا تتبعوا عوراتهم، فإن من تتبع عورة أخيه تتبع الله عورته، ومن تتبع الله عورته فضحه -أظنه قال- ولو في جحر أمه” . أي : في بيتها.

فلا يجوز لنا أن نتتبع العورات. وتتبع العورات عورة. يعني هذا الذي ذهب يتتبع عورات الناس هو الآن واقع في عورة.

والواجب -بارك الله فيك- لمن صدر منه ما يُنتقد عليه، أن يدافع الإنسان عن أخيه إذا سمع من ينتقده في هذا، ويقول: لعله اشتبه عليه الأمر, لعل له تأويلاً، لاسيما من عُرف بالصدق والإخلاص، وحب نشر العلم.

=========

الطعن في أمانة العلماء ودينهم وعلمهم هذا أشد, نسأل الله السلامة.

المهم على كل حال هذه مسائل أنا أحثكم على عدم التدخل فيها، وعدم الكلام فيها، وهل أنت قطبي ولا جامي ولا كذا ولا كذا.كل هذا ماله داع! وش علينا من الجامية والقطبية؟! حي نمشي على الطريق التي تنفعنا ولا علينا من زيد وعبيد!

والواجب علينا أن نصلح بين الناس، والإصلاح ما هو معناه أن نقف موقف المتفرج، لا بد من حركة، حركة عملية للإصلاح… أنا أريد بالحركة العملية أن يكون هناك من العلماء الموثوقين والمرضيين من الجانبين، يجمعون هؤلاء ويتكلمون معهم.

والشباب إذا نُمّوا على هذا سيكونون غدًا رجالا ويديرون دفة الأمة، فإذا تربوا على هذا الخلاف وهذه البغضاء وهذه الكراهة صار شرا عظيما! الله المستعان.

سائل: المشايخ الكبار أليس لهم دور في توضيح هذه المسميات …. فلا بد من فضيلتكم أن يتكلم في هذه الأشياء… وعقائدهم كذا, وما الذي ينكر على هؤلاء, وما الذي ينكر على هؤلاء، كي نستبين الحق؟

الشيخ: والله على كل حال، الله أعلم بالنيات، لكن نعلم أن معالجة الأمور بمثل هذا, لا! هذا غلط! ونحن لا نوافق على هذا المنهج إطلاقا!

وش معنى أن يقوم الإنسان –مثلا- يَسُب ولا يذكر أي حسنة؟! هل من العدل أن الإنسان يسب واحدا من الناس ولايذكر أي حسنة له؟! كونوا قوامين لله شهداء بالقسط، ولا يجرمنكم شنآن قوم على أن لا تعدلوا. هذا ما هو صحيح!

سائل: قد يكون الخلاف في العقائد..

الشيخ: لا.. العقائد, هذا بينهم وبين الله، ما نتكلم فيها، لكن منهج على هذه الصفة غلط! أستغفر الله وأتوب إليه، اللهم اهدنا فيمن هديت، نسأل الله أن يجمع القلوب على طاعته.

=========

يا إخوان فكروا في الأمر. اتقوا الله في أنفسكم, اتقوالله في هذه الصحوة وفي هذه النهضة, اجمعوها على كلمة واحدة. اغفروا لإخوانكم ما أخطؤوا فيه, وناصحوهم فيما بينكم,  امسك الرجل اللي ترى أنه أخطأ، وقل: يا أخي أنت أخطأت في كذا وكذا. فإما أن يكون الصواب معه فيقنعك، وإما أن يكون الصواب معك فينضم إليك.

أما أن تتكلم فيه من وراء الجدر، من وراء الكواليس, وتقدح فيه، وتُحمّل قلوب الناس حقداً وغضباً وبغضاً له. فهذا – والله – إنك لمسئول عنه ، وإنك لمُجانب للصواب ، ومجانب لمذهب أهل السنة والجماعة. أهل السنة والجماعة عندهم في قلوبهم سلامة. وفي ألسنتهم سلامة لأهل الحق. يتناصحون فيما بينهم ، ولا يتفاضحون ، يبشرون ولا ينفرون ، كما أمر بذلك النبي عليه الصلاة والسلام ( بشروا ولا تنفّروا )) أما أن ينفر الناس بمثل هذا الأسلوب فإن الإنسان سيكون مسئولاً عنه.

=========

سائل: نجد بعض طلبة العلم من يحمون مشايخهم و يخوضون في أعراض غير مشايخهم فيفسّقه ويبدعه ويضلّله.

الشيخ: لا هذا غلط هذا من وحي الشيطان أن يقع الإنسان في عرض العلماء، إذا وقع الإنسان في أعراض العلماء فإنه معتد ظالم, وليست غيبة العلماء كغيبة العامة, لأن غيبة العلماء فيها مفسدة خاصة ومفسدة عامة. المفسدة الخاصة بالنسبة لهذا العالم، والمفسدة العامة بالنسبة لما يحمله من علم فإن الناس إذا سقط الإنسان من أعينهم لم يقبلوا منه صرفًا ولا عدلًا, فيكون في هذا جناية على الشريعة التي يحملها هذا العالم.

والإنسان الناصح هو الذي إذا رأى من أحد من العلماء أو طلبة العلم أو عامة الناس إذا رأى ما ينكره أن يتصل بالعالم أو طالب العلم أو العامي, ويتبين الأمر. فقد يكون ما تظنه أنت خطأ وقد يكون صوابا لا لعين هذا الفعل ولكن لما يلابسه من أحوال تستدعي أن يقوله هذا العالم, أو أن يفعله هذا العالم, لأنه قد يكون الشيء منكرا في حد ذاته لكن يفعله بعض الناس لمصلحة أكبر.

لهذا نرى أن أولئك الذين يقعون في أعراض العلماء أنهم قد جنوا على العلماء وعلى ما يحملونه من علم, والواجب توقير العالم, لا سيما العالم الذي عرف بأنه يريد الحق ويجتهد في طلبه, ولكنه قد يزل وهذا أمر لا يسلم منه البشر؛ كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون.

سائل: يا شيخ مثل هؤلاء ، يعني مثل هذا السفيه الذي يقع في أعراض العلماء، هل ينبغي لطالب العلم الذي يعرف حقيقته أن ينبه صغار طلبة العلم عنه، أو يحذرهم منه، وعن الجلوس حوله ، والتعلق به ، ونحو ذلك ؟

الشيخ: نعم ، الواجب على طلبة العلم والزملاء يعلم بعضهم بعض ما لا يعلمه البعيد ، إذا علموا من هذا الرجل أنه ليس له هم إلا الوقوع في أعراض العلماء فالواجب الحذر منه ، والتحذير ، الحذر : في نفسك ، وتحذير غيرك منه ، لأن هذا داء مهلك ، والشيطان إذا علم من الإنسان أنه يتلذذ بلحوم العلماء فسوف يزيده ، سوف لا يطمئن ولا يستقر في أي مجلس إلا إذا أتى بعالم من العلماء يشرِّحه, نسأل الله العافية ـ وهذا شيء يجب الحذر منه والتحذير… أرى أن الواجب الحذر والتحذير منه، مع بذل النصيحة له ، لأن الإنسان بشر، قد يغتر وتحمله نفسه الأمارة بالسوء على ما يفعله من السوء والنصيحة ربما تفيد.

=========

يوجد الآن أناس نسأل الله لنا ولهم الهداية ، يتتبعون السيئات من العلماء ؛ ثم يبرزونها ويسكتون عن الحسنات التي هي أضعاف أضعاف هذه السيئات. هذا خطأ .. هذا خطأ ، العقيدة –بارك الله فيك- كغيرها ، من حيث أنه قد يقع فيها الخطأ، ألم تعلم أن العلماء اختلفوا في أبدية النار؟!! هل هي أبدية.. هل هي مؤبدة أو غير مؤبدة؟! من السلف و الخلف… وهذه عقيدة و اختلفوا فيها.

الصراط الذي يوضع على جهنم هل هو صراط طريق كغيره من الطرق؟ أو أدق من الشعره وأحد من السيف؟ فيه خلاف… الذي يوزن يوم القيامة هل هو الأعمال أو صاحب العمل أو صحائف الأعمال… هل رأى الرسول ربه أم لم يره؟ هل تعاد الروح إلى البدن في القبر ويكون عذابها على البدن والروح أو على الروح وحدها؟! كل هذي مسائل عقيدة… أنا أريد أن اعطيكم قاعدة في مسألة نفي الإستواء وغيرها من الصفات. من نفى الصفات نفي إنكار فهو مكذب للقرآن. ومن نفاها نفي تأويل ؛ فينظر في تأويله.

يعني مثلاً إذا قال قائل: إن الله لم يستو على العرش! هذا نفي إيش؟ إنكار أو تأويل؟ إنكار، هذا كافر لأنه كذب القرآن. ومن قال إن الله استوى على العرش لكن استوى بمعنى استولى… هذا نفي تأويل، فينظر هل يوجب تأويله هذا الكفر أو الفسوق أو يعذر فيه، ينظر، إي نعم.

=========

ما رأيك يا فضيلة الشيخ في بعض الشباب ، ومنهم بعض طلبة العلم .. الذي صار ديدنهم التجريح في بعضهم البعض ؟

الذي أرى أن هذا عمل محرم … وإذا كان الإنسان لا يجوز أن يغتاب أخاه المؤمن ، وإن لم يكن عالما !! فكيف يسوغ له أن يغتاب إخوانه العلماء من المؤمنين ؟! والواجب على الإنسان المؤمن أن يكف لسانه عن الغيبة في إخوانه المؤمنين.

 

Komentar
  1. Faiq Bazgheifan berkata:

    Syukron ,Jazakallah khairan ustadz..ana semakin faham dalam hal ini..

  2. Abu Fathir berkata:

    Syukron Katsiran ,Jazakallah khairan ustadz

  3. daus berkata:

    jazzakallahu khairan ustadz, umat yang kebanyakan awam hanya ingin mencari ilmu agama kepada ustadz-ustadz sunnah dan tidak membeda-bedakan belajar dari ustadz Yazid, Firanda, Muhammad Umar As Sewed atau ustadz Dzulqarnain dll, Mohon ustadz-ustadz jangan terprovokasi oleh abdul ghofur (tuqpencarihaq, dammajhabibah dkk) yang memecah belah umat. Agar dakwah salafiyah di indonesia bersatu kembali.

  4. fulan berkata:

    Boleh tanya sumbernya tulisan di atas dari mana? Mungkin rekaman suara shaykh rahimahullah, atau referensi ke buku/kaset/rekamannya bisa diberikan, agar orang2 bisa yakin bahwa perkataan2 tersebut betul dari beliau. Baarakallahu fiik.

Tinggalkan komentar